Senin, 07 Oktober 2013


Empat Pilar Kebangsaan
Menganalisis Korelasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara 
Dengan Kekawin Ramayana III.63

BAB 1. PENDAHULUAN


1. Latar Belakang

            Indonesia seperti yang telah diketahui bersama, merupakan negara yang tersusun atas gugusan pulau - pulau. Keberagaman dan kemajemukan budaya, suku,  ras serta bahasa dan lainnya sangatlah bermacacm-macam. Sadar akan hal tersebut maka sebagai anak bangsa kita perlu senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai positif yang terkadung di dalam susunan ketatanegaraan salah satunya yakni “Empat Pilar Berbagsa Dan Bernegara”.

Taufiq Kiemas (1942-2013), siapa yang tidak menegenalnya beliaulah yang mencetuskan konsep empat pilar berbagsa dan bernegara yang dimaksudkan. Politisi senior kelahiran Jakarta, 1942, tiga tahun sebelum merdeka ini sangatlah berjasa Dirinya hingga kini dijuluki sebagai bapak empat pilar kebangsaan. Ide dan pemikirannya yang brilian tersebutlah yang menjadikannya senantiasa panjang umur.

Empat pilar berbangsa dan bernegara  tersebut adalah:
  1. Pancasila,
  2. Undang-Undang Dasar 1945,
  3. Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
  4. Bhinneka Tunggal Ika.
Kendati begitu indahnya penggabungan empat pilar di atas, beragam kritikan terhadap empat Pilar tersebut, sebab oleh sebagian besar orang menilai hanyalah sekedar slogan politik belaka marak mencuat keranah publik. Implementasi dan korelasi antara keduanya tidaklah memiliki kesamaaan kekuatan. Demikian pernyataan kritikan itu memang cukup berdasar atau sangatlah fundamental dengan semakin kisruhnya negara dibawa kendali pemimpin yang kurang tegas. Diskriminasi dan sabotase sebagai akibat dari kepentingan orang-orang yang memiliki kekuasaanlah menjadi dasar pemikiran dari beragam kritikan-kritikan.

Bukan apa dan juga bukan karena siapa, namun, mengapa ? Masikah ada mereka memiliki pemikiran yang pantas untuk dicontoh. Ahklak mereka apakah begitu rendahnya, tentunya tidak. Berlandaskan pengamatan melalui indera pengelihatan mereka tampil dengan rapinya, menggunakan atribut-atribut tertentu yang memberikan sinyal dan pertanda bahwa inilah saksi bila saya berbuat buruk. Akan tetapi, terlepas dari atribut-atribut oleh oknum yang berbuat dibalik daripadanya, mereka sangatlah ganas. Tidak jarang yang seharusnya mendapatkan hukuman berat atau hukuman mati sekalipun.

Andaikan saja negara ini memiliki hukum kuat tentang hukuman mati, maka saya berpikir sesungguhnya sudah banyak yang seharusnya mendapat hukuman tersebut. Rakyat yang tidak memahami cara bermain mereka-mereka dijadikan tumbalnya. Betapa tidak hanya dengan secuil imbalan mereka dimanfaatkan. Kepentingan, kekuasaan, gengsi dan wanita menjadi incaran utamanya tak perduli seberapa buruknya mereka berbuat selama tidak ketahuan.

2. Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengkaji sejauh pemahaman tentang kaitan antara Kakawin ramayana sarga III. Sloka 63   dengan empat pilar berbangsa dan bernegara.
  2. Agar menjadi pengetahuan bahwa pentingnya memahami perkembangan negara dari kemasa kemasa.
  3. Agar mampu melakukan pengkajian dan penerapan Arti dari Kakawin ramayana III.63.
3. Rumusan Masalah
  1. Apa Arti dari kakawin Ramayana III.63
  2. Apakah Makna Kakawin Ramayana III.63 ?
  3. Bagaimana penerapan konsep 4 pilar berbangsa dan bernegara saat ini ?
  4. Seperti apa korelasi antara makna kakawin ramayana III.63 dan penerapan 4 pilar kebangsaan?

BAB II PEMBAHASAN

1. Apa Arti dari kakawin Ramayana III.63

Epos Ramayana, bukanlah sebuah dongeng belaka ataupun hanyalah cerita rakyat yang dituangkan dalam berbagai seni rupa, tarian ataupun kesenian lainnya. Akan tetapi, merupakan suatu warisan dunia yang diperuntuhkan untuk semua bangsa di belahan dunia ini, sebegitu luar biasanya bahkan mampu mempengaruhi kehidupan manusia selama peradaban ini. Bahkan sebelum kehidupan ini dimulai. Sosok Rama dan Laksamana, dua tokoh besar dalam kisah tersebut telah mampu menyihir kehidupan semenjak miliaran tahun lamanya. Siapa sesungguhnya Rama dalam kisah ini, tak dapat dijelaskan dengan kata-kata manusia sederhana seperti ini. Pengetahuan spritualitas dengan tekun sekalipun tak akan mampu menjelaskannya.

Lahir dikalangan bangsawan tak pelak membuatnya begitu dikenal disepanjang garis kehidupan sejak lamanya. Namanya hanya terdiri atas empat huruf “Rama” yah begitulah Ia disapa. Keteguhan hatinya loyalitasnya sebagai sosok ksatria telah mengantarkannya pada kemasyuran yang tiada tara.

Adakah sosok pemimpin masa yang akan dating, demikian seperti sosok Rama. Sepertinya bukanlah perkara mudah.
Berikut salah satu Kekawin dalam kisahnya yakni:

Kekawin Ramayana. Sarga III.Sloka 63

“Sangkaning wruh aji ginego
Nitijina care kapuhara
Pandya acarya dwija pahayun
Gengentatah tikanangasih “.

Artinya :

Asal kepandaian itu ialah karena pengetahuan dipatuhi
Kebijaksanaan membawa sikap prilaku
Para sarjana, para guru dan para pendeta supaya dihormati
Besarkan olehmu kasih sayang itu


2. Apakah Makna Kakawin Ramayana III.63 Beragam sudut pandang dapat muncul kaitannya dengan kekawin diatas, tak terkecuali bila dikaitkan dengan kehidupan saat ini. Khusus untuk pembahasannya akan dibagi atas empat garis besar, berdasarkan baris dari sloka kekawin Ramayana III.63 ini.

“Asal kepandaian itu ialah karena pengetahuan dipatuhi”. Pada mulanya para ahli berpandangan bahwa agama tidak memiliki sangkut paut dengan ilmu pengetahuan. Namun, kekawin ini membuktikan dengan caranya sendiri, ini berarti anggapan tersebut tidaklah seratus persen benar. Adapun makna dari baris pertama ini ialah bahwa kepandaian ataupun yang namanya keceradasan dan atau dalam bahasa trennya intelektual itu hanya dapat diperoleh melalui keteguhan dan patu terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Bayangkan berapa orang yang berhasil menyerap pengetahuan yang diajarkan dengan cara yang tidak patuh. Dibandingkan bila merapatkan barisan dan menyiapkan diri untuk segala konsekuensinya dengan harapan pengetahuan yang diinginkan dapat terserap sempurna.    
“Kebijaksanaan membawa sikap prilaku” Kebijaksanaan hanyalah sebuah untaian kata, artinyalah yang begitu dalam. Orang-orang yang bijaksana adalah mereka yang mampu memilih dan memilah beragam informasi, letak baik dan buruknya mereka mampu mengetahuinya. Pernakah Anda mendengar orang-orang mengatakan kata-katamu mencerminkan kualitasmu. Bahwa pengetahuanmu hanyalah sebatas pandanganmu dan pandanganmu hanyalah sebatas cakrawalamu. Beranjak dari pengantar tersebut dapat ditarik makna dari baris kedua ini adalah, bahwa kebijaksanaan tidak dapat diukur dengan alat ukur sedetail sekalipun. Namun, hanya dapat diketahui melalui perilaku dan perbuatan seseorang, bahkan sebagian besar orang-orang kebijaksanaannya  sekalipun tidak terpengaruh dengan berapa tingginya pendidikan yang dimiliki. Cara pandang dan tindakannyalah yang menjadi kunci utamanya 

“Para sarjana, para guru dan para pendeta supaya dihormati" 
3. Bagaimana penerapan konsep 4 pilar berbangsa dan bernegara saat ini


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts