![]() |
Empat Pilar Kebangsaan |
Dengan Kekawin Ramayana III.63
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia
seperti yang telah diketahui bersama, merupakan negara yang tersusun atas
gugusan pulau - pulau. Keberagaman dan kemajemukan budaya, suku, ras
serta bahasa dan lainnya sangatlah bermacacm-macam. Sadar akan hal tersebut
maka sebagai anak bangsa kita perlu senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
positif yang terkadung di dalam susunan ketatanegaraan salah satunya yakni
“Empat Pilar Berbagsa Dan Bernegara”.
Taufiq Kiemas (1942-2013), siapa yang tidak menegenalnya beliaulah yang mencetuskan konsep empat pilar berbagsa dan bernegara yang dimaksudkan. Politisi senior kelahiran Jakarta, 1942, tiga tahun sebelum merdeka ini sangatlah berjasa Dirinya hingga kini dijuluki sebagai bapak empat pilar kebangsaan. Ide dan pemikirannya yang brilian tersebutlah yang menjadikannya senantiasa panjang umur.
Empat pilar berbangsa dan bernegara tersebut adalah:
- Pancasila,
- Undang-Undang Dasar 1945,
- Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
- Bhinneka Tunggal Ika.
Kendati begitu indahnya
penggabungan empat pilar di atas, beragam kritikan terhadap empat Pilar
tersebut, sebab oleh sebagian besar orang menilai hanyalah sekedar slogan
politik belaka marak mencuat keranah publik. Implementasi dan korelasi antara keduanya
tidaklah memiliki kesamaaan kekuatan. Demikian pernyataan kritikan itu memang
cukup berdasar atau sangatlah fundamental dengan semakin kisruhnya negara
dibawa kendali pemimpin yang kurang tegas. Diskriminasi dan sabotase sebagai
akibat dari kepentingan orang-orang yang memiliki kekuasaanlah menjadi dasar
pemikiran dari beragam kritikan-kritikan.
Bukan apa dan juga bukan
karena siapa, namun, mengapa ? Masikah ada mereka memiliki pemikiran yang
pantas untuk dicontoh. Ahklak mereka apakah begitu rendahnya, tentunya tidak.
Berlandaskan pengamatan melalui indera pengelihatan mereka tampil dengan
rapinya, menggunakan atribut-atribut tertentu yang memberikan sinyal dan
pertanda bahwa inilah saksi bila saya berbuat buruk. Akan tetapi, terlepas dari
atribut-atribut oleh oknum yang berbuat dibalik daripadanya, mereka sangatlah
ganas. Tidak jarang yang seharusnya mendapatkan hukuman berat atau hukuman mati
sekalipun.
Andaikan saja negara ini
memiliki hukum kuat tentang hukuman mati, maka saya berpikir sesungguhnya sudah
banyak yang seharusnya mendapat hukuman tersebut. Rakyat yang tidak memahami
cara bermain mereka-mereka dijadikan tumbalnya. Betapa tidak hanya dengan
secuil imbalan mereka dimanfaatkan. Kepentingan, kekuasaan, gengsi dan wanita
menjadi incaran utamanya tak perduli seberapa buruknya mereka berbuat selama
tidak ketahuan.
2. Tujuan Penulisan
- Untuk mengkaji sejauh pemahaman tentang kaitan antara Kakawin ramayana sarga III. Sloka 63 dengan empat pilar berbangsa dan bernegara.
- Agar menjadi pengetahuan bahwa pentingnya memahami perkembangan negara dari kemasa kemasa.
- Agar mampu melakukan pengkajian dan penerapan
Arti dari Kakawin ramayana III.63.
3. Rumusan Masalah
- Apa Arti dari kakawin Ramayana III.63
- Apakah Makna Kakawin Ramayana III.63 ?
- Bagaimana penerapan konsep 4 pilar berbangsa dan bernegara saat ini ?
- Seperti apa korelasi antara makna kakawin ramayana III.63 dan penerapan 4 pilar kebangsaan?
BAB II PEMBAHASAN
1. Apa Arti dari kakawin Ramayana III.63
Epos Ramayana, bukanlah
sebuah dongeng belaka ataupun hanyalah cerita rakyat yang dituangkan dalam
berbagai seni rupa, tarian ataupun kesenian lainnya. Akan tetapi, merupakan
suatu warisan dunia yang diperuntuhkan untuk semua bangsa di belahan dunia ini,
sebegitu luar biasanya bahkan mampu mempengaruhi kehidupan manusia selama
peradaban ini. Bahkan sebelum kehidupan ini dimulai. Sosok Rama dan Laksamana,
dua tokoh besar dalam kisah tersebut telah mampu menyihir kehidupan semenjak
miliaran tahun lamanya. Siapa sesungguhnya Rama dalam kisah ini, tak dapat
dijelaskan dengan kata-kata manusia sederhana seperti ini. Pengetahuan
spritualitas dengan tekun sekalipun tak akan mampu menjelaskannya.
Lahir dikalangan bangsawan
tak pelak membuatnya begitu dikenal disepanjang garis kehidupan sejak lamanya.
Namanya hanya terdiri atas empat huruf “Rama” yah begitulah Ia disapa.
Keteguhan hatinya loyalitasnya sebagai sosok ksatria telah mengantarkannya pada
kemasyuran yang tiada tara.
Adakah sosok pemimpin masa
yang akan dating, demikian seperti sosok Rama. Sepertinya bukanlah perkara
mudah.
Berikut salah satu Kekawin
dalam kisahnya yakni:
Kekawin
Ramayana. Sarga III.Sloka 63
“Sangkaning
wruh aji ginego
Nitijina care kapuhara
Pandya acarya dwija pahayun
Gengentatah tikanangasih “.
Artinya :
Nitijina care kapuhara
Pandya acarya dwija pahayun
Gengentatah tikanangasih “.
Artinya :
Asal kepandaian itu ialah karena pengetahuan dipatuhi
Kebijaksanaan membawa sikap prilaku
Para sarjana, para guru dan para pendeta supaya dihormati
Besarkan olehmu kasih sayang itu
2. Apakah Makna Kakawin Ramayana III.63 Beragam sudut pandang dapat muncul kaitannya dengan kekawin diatas, tak terkecuali bila dikaitkan dengan kehidupan saat ini. Khusus untuk pembahasannya akan dibagi atas empat garis besar, berdasarkan baris dari sloka kekawin Ramayana III.63 ini.
“Asal kepandaian itu ialah karena pengetahuan dipatuhi”. Pada mulanya para ahli berpandangan bahwa agama tidak memiliki sangkut paut dengan ilmu pengetahuan. Namun, kekawin ini membuktikan dengan caranya sendiri, ini berarti anggapan tersebut tidaklah seratus persen benar. Adapun makna dari baris pertama ini ialah bahwa kepandaian ataupun yang namanya keceradasan dan atau dalam bahasa trennya intelektual itu hanya dapat diperoleh melalui keteguhan dan patu terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Bayangkan berapa orang yang berhasil menyerap pengetahuan yang diajarkan dengan cara yang tidak patuh. Dibandingkan bila merapatkan barisan dan menyiapkan diri untuk segala konsekuensinya dengan harapan pengetahuan yang diinginkan dapat terserap sempurna.
“Para sarjana, para guru dan para pendeta supaya dihormati"
3. Bagaimana penerapan konsep 4 pilar berbangsa
dan bernegara saat ini
0 komentar:
Posting Komentar