BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Yang Relevan
2.1.1 Dalam penelitian Sukadani (2009:110) yang dilakukan di Tanggerang, dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta analisis deskriptif kualitatif, menjelaskan tentang “Peranan Orang Tua Dalam Memotivasi Siswa di Pasraman Kerta Jaya Tanggerang” hasil penelitian tersebut menguraikan bahwa peranan orang tua dalam memotivasi belajar anak, yang sangat penting dan paling utama dengan sikap hangat. Dukungan orang tua dapat berupa kasih sayang, melengkapi fasilitas, memberikan pujian, dan menyediakan waktu untuk menemani dan mengantar anak belajar agama di Pasraman Kerta Jaya Tanggerang. Dukungan orang tua dalam memotivasi dalam memotivasi belajar siswa di Pasraman Kerta Jaya Tanggerang sangat positif, hal ini terlihat dari pemaparan orang tua dan guru di Pasraman Kerta Jaya Tanggerang bahwa dukungan orang tua sangat menentukan motivasi belajar siswa dan menentukan perkembangannya dimasa depan.
2.1.2 Dalam skripsi Kadek Ari Sudana, Nida 2008.021 tahun 2011 dengan judul “Pengaruh Program Ekstrakuri Kuler Megamel Yang Intensif Terhadap Minat Partisipasi Belajar Siswa Di Pasraman Purna Jati Jakarta Utara”. Skripsinya memberikan penekanan kepada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dari tahapan yang mudah, sedang samapai yang ke sulit. Hal ini dilakukan agar siswa mau belajar secara bertahap. Keberadaan ekstrakurikuler megambel dapat memacu untuk meningkatkan minat partisipasi belajar siswa di pasraman.
2.1.3 Dalam penelitian I Wayan Sugiana (2012.02.0817) tahun 2015 dengan judul “Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Keterampilan Agama Hindu ( Studi Kasus Anak-Anak Berprestasi Pada Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional Tahun 2014)” penelitian tersebut memberikan pembelajaran di Pasraman selain diajarkan pendidikan agama siswa juga mendapat pendidikan keterampilan agama melalui kegiatan-kegiatan yang bertema keagamaan misalnya, Dharma Gita, (membaca sloka, palawakya, dan kidung), Dharma Vidya, (cerdas cermat),
Dharma Wacana (menyampaikan pesan-pesan dharma), menghafal mantra-mantra suci dan kegiatan lainnya. Peran orang tua dalam pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, para orang tu lah yang mengerti benar akan sifat-sifat baik dan buruk anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja mereka yang tidak disukai. Para orang tua lah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, hal apa saja yang membuat anaknya maludan hal apa saja yang membuat anaknya takut. Para orang tualah yang nantinya akan mengantarkan anak-anaknya menjadi pribadi sesuai dengan karakter mereka masing-masing.
2.2 Tentang Variabel Penelitian
2.2.1 Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha pendewasaan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian yang agak lebih luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Dalam pengertian yang luas representatif, pendidikan adalah keseluruhan proses pengembangan berbagai kemampuan dan tingkah laku manusia dan proses penggunaan seluruh pengalaman kehidupan. Sebagai orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran.Jika pengertian ini dipedomani, setiap orang berkewajiban mendidik tentu harus melakukan perbuatan mengajar.Mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik agar peserta didik menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut. Dengan kata lain agar peserta didik memiliki pengetahuan.
Suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan disekolah adalah “Belajar”, belajar hendaknya dapat melihat kedepan dan belajar untuk mengantisipasi keadaan sekarang ini menjadi semakin penting bagi peserta didik untuk mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler dan kelenturan dalam pemikiran serta kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara kritis dan kreatif.Kegiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Winarno (1983) bahwa: pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan belajar dan membelajarkan peserta didik dikelas. Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan peserta didik dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari definisi tersebut diketahui bahwa dalam proses pembelajaran terdapat beberapa unsur diantaranya adalah pembelajaran sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik di dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi yang bersifat edukatif antara guru dengan peserta didik. Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pandangan lain yang sejalan dengan hal tersebut adalah yang dikemukakan oleh Ali (1992) bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah pelaksanaan strategi-strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi, pendekatan, prinsip-prinsip dari metode pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran yang efisien dan efektif.Berdasarkan kedua batasan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa proses pembelajaran adalah merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dengan siswa dengan menjalin komunikasi edukatif dengan menggunakan strategi-strategi, pendekatan, prinsip dan metode tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembeljaaran yang efektif dan efisien berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan optimal sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan optimal pula.Efektivitas pembelajaran dapat tercapai sangat tergantung dari kemampuan guru untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran di sekolah, terdapat proses belajar, yaitu proses terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, informasi, kemampuan dan keterampilan yang sifatnya permanent melalui pengalaman.Jadi, proses pembelajaran adalah merupakan suatu proses yang menjadi inti dari kegiatan transfer of knowledge dan transfer of action dari guru kepada peserta didik di sekolah. Secara sederhana proses pembelajaran adalah merupakan interaksi antara guru dengan peserta didik secara langsung dalam kelas, dalam rangka mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru kepada peserta didik.
2.2.2 Pengertian Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi peserta didik yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para peserta didik.Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh peserta didik baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar peserta didik dapat memperkaya dan memperluas diri.Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap atau nilai-nilai. Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) yaitu:”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan peserta didik”. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib.
Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada peserta didik, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka. Menurut Rusli Lutan (1986:72) ekstrakurikuler adalah: Program ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan peserta didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi peserta didik mencapai tarap maksimum. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, dapat penulis kemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang menekankan kepada kebutuhan peserta didik agar menambah wawasan, sikap dan keterampilan peserta didik baik diluar jam pelajaran wajib serta kegiatannya dilakukan di dalam dan di luar sekolah.Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, pasti tidak lepas dari aspek tujuan. Kerena suatu kegiatan yang diakukan tanpa jelas tujuannya, maka kegiatan itu akan sia-sia. Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tertentu memiliki tujuan tertentu. Mengenai tujuan kegiatan dalam ekstrakurikuler dijelasken dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 2) sebagai berikut: Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar:peserta didik dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan keterampilan mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang:
1. Sradha dan bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Berbudi pekerti luhur
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan
4. Sehat rohani dan jasmani
5. Berkepribadian yang mentap dan mandiri
6. Memilki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Peserta didik mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.Dari uraian diatas pada dasarnya tujuan kegiatan ekstrakurikuler yang ingin dicapai adalah untuk kepentingan peserta didik. Dengan kata lain, kegiatan ektrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi peserta didik dalam upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda jenisnya, karena banyak hal yang memang berkaitan dengan kegiatan peserta didik selain dari kegiatan inti.Dengan beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada, siswa dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan di sekolah dijelaskan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 3) sebagai berikut:
a. Tabuh
b. Tari
c. Dharmawacana
d. Sloka
e. Phalawakya
f. Mejejaitan
g. Dharmagita
h. Yoga
Kegiatan ekstrakurikuler tersebut berbeda-beda sifatnya, ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang berkelanjutan. Kegiatan yang bersifat sesaat seperti karyawisata dan bakti sosial, itu hanya dilakukan pada waktu sesaat dan alokasi waktu yang terbatas sesuai dengan kebutuhan, sedangkan yang bentuknya berkelanjutan maksudnya kegiatan tersebut tidak hanya untuk hari itu saja, melainkan kegiatan tersebut telah diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat diikuti terus sampai selesai kegiatan sekolah.Seperti halnya kegiatan ekstrakurikuler kesenian yang ada di Pasraman Mustika Dharma Cijantung terdiri dari tabuh, tari, Dharma Gita, salah kegiatan yang dilaksanakan secara berkelanjutan.Hal ini dilaksanakan agar peserta didik mampu menguasai salah satu dari kegiatan kesenian tersebut.
2.3 Landasan Teori
Teori merupakan seperangkat proposisi yang dikategorikan secara sistematis mengikuti aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara dasar yang dapat diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk melamarkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (moleong, 2004 dalam putu Surya Wiguna, 2011: 30).Dalam hal ini teori digunakan dalam menganalisis temuan-temuan yang ada berdasarkan teori yang digunakan.Seperti halnya yang diungkapkan oleh Wallace, (1990: 48) menyatakan bahwa teori adalah struktur yang dihasilkan oleh proposisi yang mengandung sifat abstraksi dan idealisme yang disusun menjadi suatu sistem deduksi logis atau rangkaian sebab akibat.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar.Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru. Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir, cukup jelas bagi saya ( Jerome S.Bruner), bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum itu sendiri, sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran.
Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral.Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, mari kita susun beberapa teorema yang memungkinkan, yang mungkin akan membawa kita kepada sebuah teori pembelajaran yang baik.Penelitian ini akan difokuskan pada Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa Studi di Pasraman Mustika Dharma Cijantung. Sehingga teori yang diterapkan semuanya dapat digunakan untuk mendekatkan masalah yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Pada penelitian ini akan didasarkan pada beberapa teori yang relevan meliputi: teori motivasi, dan teori behavioristic, teori minat, lingkungan dan teori bakat.
2.3.1 Teori Motivasi
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar lebih giat dan semangat (Uno Hamzah, 2007: 23).Motivasi berasala dari bahasa latin yaitu “movere” yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, maka makna motivasi menjadi berkembang.Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memeberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.Imron (1996), menjelaskan motivasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “motivation” yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah “to motivate” yang berarti mendorong, menyebabkan , dan merangsang. Motivate sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Echols, 1984 dalam Imron 1996). Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryabrata, 1984)
A. Jenis Motivasi
Motivasi intrinsic adalah motivasi yang berasal dari dalam individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar misalnya emberian pujian, pemberian nilai sampai pada pemberian hadiah dan factor-faktor eksternal lainnya yang memiliki daya dorong motivasional.Motivasi intrinsik dalam realitasnya lebih memiliki daya tahan yang lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi karena faktor ekstrinsik bisa saja justru mengakibatkan daya motivasi individu berkurangMotivasi dilihat dari dasar pembentukanya terdiri dari:
1. Motivasi bawaan : motivasi jenis ini ada sebagian insting manusia sebagai mahluk hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan sandang,pangan dan papan.
2. Motivasi yang dipelajari : motivasi jenis ini aka nada dan berkembang karena adanya keingin tahuan seseoranng dalam proses pembelajaran.
3. Motivasi kognitif : motivasi akan muncul karena adanya desakan proses berpikir sehingga motivasi ini sangan individualistic.
4. Motivasi ekspresi diri : motivasi individu dalam melakukan aktivitas atau kegiatan bukan hanya untuk memuaskan kebutuhanya saja tapi ada kaitanya dengan bagaimana individu tersebut.
5. Motivasi aktualisasi diri : JK.Rowling telah berhasil membuktikan bahwa dengan menulis dirinya bisa memberikan banyak makna buat pembaca . tulisan menjadi sumber inspirasi jutaan orang bahwamotivasi menulis bukanlah semata-mata memuaskan hobi saja melainkan bisa di jadikan sebagai bentuk aktualisasi diri,
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain:
a) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan) Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
1) Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
2) Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual.
3) Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status
5) Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki.
Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
1) Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
2) Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
3) Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
2.3.2 Teori Belajar Behavioristik.
Menurut belajar teori behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon .belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Beberapa ilmuan yang yang termasuk pendiri sekaligus penganut behavioristik antara lain adalah Thorndike, Watson, Hull, Guthrie, dan Skinner. (Siregar, 2010:25)
a. Ivan P. Pavlov
Mula-mula teori conditioning ini dikembangkan oleh Pavlov (1927) dengan melakukan percobaan terhadap anjing.pada saat seekor anjing diberi makan dan lampu, keluarlah respon anjing itu berupa keluarnya air liur. Demikian juga jika dalam pemberian makanan disertai dengan bel, air liur anjing juga keluar.Setelah berkali-kali dilakukan perlakuan yang serupa, maka pada saat hanya bel dan lampu yang diberikan anjing tersebut juga mengeluarkan air liur.Makanan yang diberikan oleh Paplov disebut perangsang tak bersyarat (uncoditioned stimulus), bersyaarat (conditioned stimulus).
Terhadap perangsang tak bersyarat yang disertai dengan perangsang bersyarat tersebut, anjing memberikan respon dengan keluarnya air liur (unconditioned response).Selanjutnya ketika perangsang tak bersyarat (bel/lampu) diberikan kepada perangsang bersyarat (makanan), ternyata dapat menimbulkan respon yang sama yaitu keluarnya air liur (conditioned response). Karena itu, teori Paplov dikenal dengan responded-conditionig dan classical conditioning.menurut Paplov, pengkondisian yang dilakukan dengan anjing tersebut dapat juga berlaku pada manusia. Teori condisioning Paplov dapat digambarkan sebagai berikut. (siregar, 2010:25).
Makanan (US) + bel/lampu (CS) Air liur (UR), dilakukan berulang ulang
Bel/lampu (CS) Air liur (CR)
b. Edwin Guthrie
Teori conditionong Paplov kemudian dikembangkan oleh Gutherie (1935, 1942).Ia berpendapat bahwa tingkahlaku mansia itu dapat diubah, Tingkah laku baik dapat dirubah menjadi buruk begitupun sebaliknya, tingkah laku buruk dapat diubah menjadi baik. Teori Gutharie berdasarkan atas model penggantian stimulus dengan stimulus yang lain. Respon atas situasi cenderung diulang, bilamana individu menghadapai situasi yang sama. Inilah yang disebut asosiasi. Menurut Guthrie, stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan biologis, karena hubungan antara stimulus dan respon cenderung bersifat sementara. Karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering, agar hubungan itu lebih langgeng. Suatu respon akan lebih kuat dan stimulus. Setiap situasi belajar merupakan gabungan berbagai stimulus dan respon.Dalam situasi tertentu, banyak stimulus yang barasosiasi dengan banyak respon.Asosiasi tersebut bisa jadi benar, namun dapat juga salah. Gethrie termasuk mempercayai bahwa hukuman memegang peran penting dalam peroses beajar, sebab jika diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan seseorang. Tiga metode pengubahan tingkah laku yang dikemukakannya adalah sebagai berikut.
1. Metode respon bertentangan. Misalnya saja, jika anak takut terhadap sesuatu, misalnya kucing, maka letakkan permainan yang disukai anak di dekat kucing. Dengan mendekatkan kucing pada permainan anak, lambat laun anak tidak akan takulagi dengan kucing, namun hal ini harus dilakukan dengan berulang-ulang.
2. Metode membosankan. Misalnya seorang anak mencoba menghisap rokok, minta kepadanya untuk terus merokok sampai bosan, Setelah bosan maka ia akan berhenti merokok dengan sendirinya.
3. Metode mengubah lingkungan. Jika seorang anak atau siswa bosan belajar, ubahlah lingkungan belajarnya dengan suasana lain yang lebih nyaman dan menyenangkan sehinggaia menjadi nyaman dan senang dalam belajar. (siregar, 2010:26).
c. Watson Teori conditioning ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson (1970). Setelah mengadakan serangkaian eksperimen, ia menyimpulkan, bahwa pengubahan tingkah laku dapat dilakukan melalui latihan/membiasakan mereaksikan terhadap stimulus-stimulus yang diterima. Menurut Watson stimulus itu harus berbetuk tingkah laku yang dapat diamati (observable).Watson mengabaikan perubahan berbagai mental yang mungkin dalam belajar dan mengganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui.
Sebab menurut Watson, faktor-faktor yang tidak teramati tersebut tidak dapat menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Ia lebih memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak diukur, meskipun tetap mengakui bahwa semua hal itu penting. Dengan hal yang dapat diamati, menurut Watson akan bisa meramalkan perubahan apa yang akan terjadi pada siswa. dan hanya dengan cara demikianlah psikologi dan ilmu tentang belajar dapat disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain, seperti fisika dan biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik. (Siregar, 2010:27).
d. Skinner
Selanjutnya, Skinner mengembangkan teori conditioning (pengkondisian) suatu respon yang nantinya menghasilkan sejumlah konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi tingkah laku manusia. Untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas menurut Skinner perlu memahami hubungan antara satu stimulus (bagian dari respon yang berhubunngan dengan kelakuan) dengan stimulus lainnya.memahami respon itu sendiri, dan berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respon tersebut .
Skinner juga mengemukakan bahwa menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi rumit, sebab alat itu juga di jelaskan lagi. Dari hasil percobaannya, Skinner membedakan respon menjadi dua yaitu: (1) Respon yang timbul dari stimulus tertentu. (2) “operant (instrumental) response” yang timbul dan berkambang karena diikuti oleh perangsang tertentu. Teori Skinner dikenal dengan “operant conditioning”, dengan enam konsep yaitu, sebagai berikut.
1. Penguatan positif dan negatif
2. shaping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah laku yang diharapkan.
3. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat, hingga respon pun sesuai dengan yang diisyaratkan.
4. Ekstention, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan.
5. chaining of response, respon dan stimulus yang berangkaian satu sama lain.
6. Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan: rasio tetap dan bervariasi, interval tetap dan bervariasi.
Skiner lebih percaya pada”penguatan negatif” (negative reinforcement), yang tidak sama dengan hukuman. Bedanya dengan hukuman adalah, bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi kuat. Misalnya seorang siswa perlu dihukum atas kesalahan yang dibuatnya, jika masih bandel maka hukuman harus ditambah.Tetapi bila siswa melakukan kesalah dan dilakukan pengurangan sesuatu untuk menegakkan baginya (bukan malah ditambah), maka pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahnnya.Inilah yang disebut “penguat negatif”. (sirgar, 2010:28).
e. Thorndike, Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan). dan respon (yang juga bisa berbentuk pikiran, perasaan dan gerakan).
Dari pengertian ini wujud tingkah laku bisa saja diamati atau tidak diamati. Teori Thorndike juga disebut sebagai aliran “connectionism”. Menurut Torndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error). Mencoba-coba dilakukan bila seseorang tidak tahu bagaimana seseorang harus memberikan respon atau sesuatu, kemungkinan akan ditemukan respon yang tepat berkaitan dengan makalah yang dihadapi. Karekteristik belajar “trial and error” adalah sebagai berikut.
1. Adanya motif pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu.
2. Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respon dalam rangka memenuhi motif-motifnya.
3. Respon-respon yang dirasakan tidak sesuai dengan motifnya dihilangkan.
4. Akhirnya seseorang medapatkan jenis respon yang paling tepat.
Thorndike juga mengemukakan beberapa hukum tentang belajar sebagai berikut.
1. Hukum kesiapan (law of readiness): jika seseorang melakukan sesuatu, ketika ia melakukannya maka ia akan puas. Sebaliknya, bila ia tidak jadi melakukannya maka ia tidak puas.
2. Hukum latihan (law of exercise): jika respon terhadap stimulus diulang-ulang, maka ia akan memperkuat hubungan antara respon dengan stimulus. Sebaliknya, jika respon tidak digunakan, hubungan dengan stimulus senakin rendah.
3. Hukum akibat (law of effect): bila hubungan antara respon dan simulus menimbulkan kepuasan, maka tingkatan penguatannya semakin besar. sebalinya bila hubungan respon dan stimulus menimbulkan ketidakpuasan, maka tingktan penguatannya semakin lemah. (Siregar, 2010:29).
Dari teori diatas, peneliti menggunakan teori Skinner yaitu dimana partisipasi orang tua sangat berperan dalam mengkondisikan tingkah laku anak pada saat anak berada di lingkungan rumah yang berkaitan dengan tingkah laku pada anak dan proses belajarannya. dengan kata lain, saat anak mulai terbiasa dengan keadaan yang diberikan orang tua atau dalam artian orang tua sudah memahami tingkah laku anaknya, dan akhirnya menyiapkan jadwal belajar dan bermain sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian anak sudah merasa bahwa jadwal yang mengaturnya pada jam-jam tertentu sehingga pada kondisi tertentu anak akan tepat mengarjakan apa yang sudah terjadwalkan.
2.3.3 Teori Minat
A. Pengertian Minat
Minat atau interest merupakan sumber motivasi yang mendorong untuk melakukan apa yang mereka inginkan dan mereka bebas memilih (Hurlock, 1982 : 32). Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 1995 : 180). Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian (Djaali, 2007 : 121). Minat tumbuh secara bertahap dan tanpa ada unsur paksaan, dari sini siswa diberi kebebasan untuk belajar perlahan namun pasti tanpa ada yang memaksa agar pemahaman yang diketahui dapat menumbuhkan minat yang tinggi dan menambah pengetahuan siswa. Purwanto (1990 : 56) menyatakan bahwa minat adalah keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap suatu objek yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut tentang objek tertentu.
Minat seseorang sering dikaitkan dengan perhatian, artinya untuk melihat ada tidaknya minat seseorang terhadap sesuatu dapat diketahui dari ada tidaknya perhatian terhadap hal tersebut dan biasanya disertai adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif terhadap objek yang dikehendakinya. Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang datang dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar.The Liang Gie (1994:28) mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.Menurut Slameto (dalam Djaali 2006:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan menurut Crow and Crow (dalam Djaali 2006:121) mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa suka atau tertarik terhadap suatu hal atau aktivitas seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu kegiatan.Minat dapat juga dikatakan sebagai suatu keinginan atau kemauan yang merupakan dorongan seseorang untuk melakukan suatu hal atau aktivitas tanpa adanya paksaan dari luar dirinya.Minat bisa juga diartikan sebagai kecenderungan jiwa yang relative menetap kepada diri seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang.Jadi minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir seperti bakat,melainkan diperoleh kemudian.
Minat seseorang terhadap objek menyebabkan perhatiannya selalu tertuju pada objek tersebut. Kegiatan seseorang atau individu dalam melakukan suatu pilihan tertentu akan didasarkan pada perasaan dan harapan tanpa pengaruh dari pihak lain merupakan kegiatan yang didasari oleh minat. Dengan minat, seseorang akan memusatkan pikirannya terhadap kegiatan yang dilakukannya. Mapipiare (1982 :62) mengatakan bahwa minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, penelitian atau kecenderung lain yang mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Singer (1991 : 78) mengemukakan bahwa seseorang yang berperasaan senang dan menyukai pengetahuan, maka ia akan cepat mengerti dan mengingatnya, karena minat merupakan suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses pembelajaran.
Menurut Purwanto (1990 : 70) minat ialah suatu hasil pengalaman yang tumbuh dan dianggap bernilai. Seperti yang dikemukakan Hurlock (1982 : 116) bahwa minat mempunyai dua aspek, yakni aspek kognitif (mengenal) dalam artian minat tersebut didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju oleh minat tersebut; dan aspek afektif (emosi/perasaan), emosional yang baik dari minat memperkuat minat itu dalam tindakan, akan tetapi emosional yang tidak menyenangkan mempunyai pengaruh sebaliknya, akan mengakibatkan kebosanan disertai pengaruh yang memperlemah dorongan terhadap suatu objek. Menurut Suryabrata dalam Retno Purwaningsih, (1998 : 23), minat ada dua macam yaitu :
a) Minat intrinsik, ialah kecenderungan seseorang yang berhubungan dengan aktivitas itu sendiri. Minat yang ada pada seseorang muncul karena suatu hal yang ditunjukkan untuk kepuasan diri sendiri. Contohnya : minat terhadap pemilihan ekstrakurikuler musik pada siswa sekolah;
b) Minat ekstrinsik, ialah kecenderungan seseorang untuk memilih aktivitas berdasarkan pengaruh orang lain atau dengan tujuan memenuhi harapan orang lain. Minat seseorang yang muncul karena pengaruh dari luar diri sendiri yang biasanya pemenuhan kebutuhan berupa materi. Contohnya : minat terhadap pembelian alat-alat elektronik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat, Dalyono (2001 : 235) mengemukakan bahwa, minat merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh setiap siswa yang sedang belajar. Dengan demikian minat mempunyai peranan yang sangat penting pada diri seseorang untuk belajar pada bidang-bidang tertentu, yang belum atau kurang dipahami dan dikuasai, karena minat seseorang terhadap sesuatu hal dapat dikatakan tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi saling berkaitan dan juga dipengaruhi oleh objek disekitarnya.
Minat merupakan salah satu landasan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Minat juga merupakan alat motivasi utama yang dapat membangkitkan pemahaman anak didik terhadap pelajaran dalam rentan waktu tertentu. Seperti halnya pernyataan yang ditulis oleh Winkel (1996 : 261) bahwa siswa akan terdorong untuk belajar bila mereka memiliki minat untuk belajar, sehingga minat belajar siswa perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Istilah belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang membawa orang lain supaya diketahui atau dituruti (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 : 226). Belajar merupakan suatu hubungan perilaku hubungan dengan lingkungan atau masyarakat yang menghasilkan perubahan-perubahan dari dalam dirinya. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1991 : 36) bahwa belajar merupakan suatu mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai-nilai sikap.
Menurut Nasution (1982 : 68) belajar adalah : “Sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar.Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri.Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.” Lebih lanjut Winkel (1996 : 262), menjelaskan bahwa ada 5 macam cara yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan minat belajar siswa, yaitu :
(1) menghubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa, minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran berguna untuk kehidupannya;
(2) menyesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa, materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa akan tidak diminati siswa, atau tidak dapat diikuti dengan baik;
(3) menggunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi dan lain sebagainya;
(4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif; dan
(5) memperhatikan adanya kebutuhan siswa sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.
Pendapat-pendapat di atas menunjukkan bahwa untuk membangkitkan minat belajar siswa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah penyesuaian materi pelajaran ekstrakurikuler pesantian dengan tingkat kemampuan siswa, penyediaan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif serta penggunaan model pembelajaran yang bervariasi.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
Minat belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bersumber pada dirinya dan luar dirinya atau lingkungannya antara lain sebagai berikut :
1. Faktor dalam diri siswa, yang terdiri dari :
a). Aspek jasmaniah, mencakup kondisi fisik atau kesehatan jasmani dari individu siswa. Kondisi fisik yang prima sangat mendukung keberhasilan belajar dan dapat mempengaruhi minat belajar.Namun jika terjadi gangguan kesehatan pada fisik terutama indera penglihatan dan pendengaran, otomatis dapat menyebabkan berkurangnya minat belajar pada dirinya.
b). Aspek Psikologis (kejiwaan), menurut Sardiman (1994:44) faktor psikologis meliputi perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat,dan motif. Pada pembahasan berikut tidak semua faktor psikologis yang dibahas, tetapi hanya sebagian saja yang sangat berhubungan dengan minat belajar.
Perhatian merupakan pemusatan energi psikologi yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Tanpa adanya perhatian dalam aktivitas belajar akan berdampak terhadap kurangnya penguasaan materi pelajaran, sehingga hasil yang dicapai dalam belajar kurang memuaskan. Kurangnya perhatian terhadap materi yang dipelajari juga mengakibatkan kurangnya minat belajar pada diri siswa.
Ingatan, secara teoritis akan berfugsi untuk mencamkan atau menerima kesan-kesan dari luar, menyimpan kesan, dan memproduksi kesan. Oleh karena itu ingatan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar.Siswa yang mempunyai daya ingat yang kurang sangat berpengaruh terhadap minatnya untuk belajar.Bakat adalah kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
Hal ini dekat dengan persoalan intelegensi yang merupakan struktur mental yang melahirkan kemampuan untuk memahami sesuatu. Bakat yang dimiliki seseorang akan menunjang keberhasilannya dalam belajar. Jika seseorang tidak mempunyai bakat, akan berpengaruh terhadap minatnya dalam belajar. Pada pembelajaran seni rupa, banyak ditemukan anak yang kurang berminat untuk belajar karena tidak berbakat.Oleh karena itu bakat berpengaruh terhadap minat belajar.
1. Faktor dari luar siswa, meliputi :
a. Keluarga, meliputi hubungan antar keluarga, suasana lingkungan rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, media pembelajaran, hubungan siswa dengan temannya, guru-gurunya dan staf sekolahserta berbagai kegiatan kokurikuler.
c. Lingkungan masyarakat, meliputi hubungan dengan teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor dari diri siswa dan dar luar siswa saling berkaitan dalam menumbuhkan minat belajar.Jika faktor-faktor tersebut tidak mendukung mengakibatkan kurang atau hilangnya minat belajar siswa.Kurang atau hilangnya minat belajar siswa disebabkan oleh banyak hal yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Menurut JT. Loekmono (1985:97), faktor-faktor yang menyebabkan kurang atau hilangnya minat belajar siswa adalah sebagai berikut :
a. Kelainan jasmaniah pada mata, telinga, kelenjar-kelenjar, yang sangat mempersukar anak di dalam mengikuti pelajaran atau menjalankan tugas di kelas.
b. Pelajaran di kelas kurang merangsang anak. Tingkat kemampuan anak jauh di atas yang diminta di dalam mengikuti pelajaran di kelas, akibatnya anak merasa bosan.
c. Ada masalah atau kesukaran kejiwaan yang menyebabkan dia mundur atau lari dari kenyataan. Dalam hal ini anak akan menunjukkan gejala yang sama dimana-mana, yaitu tidak menunjukkan minat atau memberi perhatian kepada segala sesuatu di luar kelas.
d. Perhatian utama dari anak dicurahkan kepada kegiatan-kegiatan di luar kelas, seperti : olah raga, kegiatan di dalam kelas, bekerja yang membutuhkan keterampilan mekanis, atau melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan uang.
e. Sikapnya yang seakan-akan tidak mempunyai perhatian atau minat ini sebenarnya hanya suatu sikap pura-pura. Keadaan yang sebenarnya ialah bahwa ia ingin memberi kesan demikian, supaya orang dapat menerima kenyataan bahwa ia tidak berkompetisi/atau tidak mampu berkompetisi dengan orang lain, yang dipandangnya jauh lebih mampu dari ia sendiri.
f. Ada konflik pribadi dengan guru, atau dengan orang tua. Dengan menunjukkan sikap ini sebenarnya ia hendak menunjukkan sikap melawan mereka; jadi sikap ini merupakan satu jenis senjata untuk melawan.
C. Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan minat belajar
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Menurut Tanner and Tanner (1975) menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui jalan memberi informasi pada siswa tentang bahan yang akandismpaikan dengan menghubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang akan datang. Roijakters (1980) berpendapat bahwa hal ini biasa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita yang sensasional, yang sudah diketahui siswa.
Harry Kitson (dalam The Liang gie 1995:130) mengemukakan bahwa ada dua kaidah tentang minat (the laws of interest), yang berbunyi :
Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan memperoleh keterangan tentang hal itu.Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, lakukan kegiatan yang menyangkut hal itu.
Minat belajar akan tumbuh apabila kita berusaha mencari berbagai keterangan selengkap mungkin mengenai mata pelajaran itu, umpamanya arti penting atau pesonanya dan segi-segi lainnya yang mungkin menarik. Keterangan itu dapat diperoleh dari buku pegangan.ensiklopedi, guru dan siswa senior yang tertarik atau berminat pada mata pelajaran itu. Disamping itu perlu dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran itu, misalanya pada mata pelajaran seni rupa usahakan mengikuti apa yang harus dilakukan apakah dengan menggambar atau melukis. Dengan langkah-langkah itu minat siswa terhadap mata pelajaran itu akan tumbuh.
JT. Loekmono (1985:98), mengemukakan bahwa cara-cara untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa adalah sebagai berikut :
Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang menjadi sebab.Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat merangsang anak untuk belajar.Menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik. Cek pada orang atau guru-guru lain , apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain. Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan belajar. Dalam hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak. Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau tergerak minatnya.Apabila minatnya tergerak, maka minat tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah.
Pendapat lain yang berkaitan dengan upaya menumbuhkan atau meningkatkan minat belajar, dikemukakan oleh Crow and Crow (dalam The Liang Gie 1995:132) yang menyatakan bahwa untuk mendukung tumbuhnya minat belajar yang besar, perlu dibangun oleh motif-motif tertentu dalam batin seseorang siswa. Ada lima motif penting yang dapat mendorong siswa untuk melakukan studi sebaik-baiknya, yaitu :
Suatu hasrat keras untuk mendapatkan angka-angka yang lebih baik dalam sekolah.Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi.Hasrat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.Hasrat untuk menerima pujian dari orang tua, guru, atau teman.Cita-cita untuk sukses di masa depan dalam suatu bidang khusus.
Disamping itu penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar juga dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini sebagai mana yang dikatakan oleh Hamalik (dalam Arsyad Azhar 2007:15) yang mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa banyak sekali faktor yang dapat menumbuhkan atau membangkitkan minat belajar bagi siswa.Tinggal bagaimana upaya yang harus kita lakukan sebagai seorang guru dalam memecahkan masalah ini, sehingga siswa terbantu untuk menemukan minatnya dalam mengikuti pembelajaran.Siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda memerlukan penanganan yang berbeda pula, termasuk dalam hal menumbuhkan minat belajarnya. Dengan adanya upaya dari guru dan pihak lain dalam menumbuhkan minat belajar bagi siswa, diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang akhirnya tertuju pada keberhasilan belajar siswa.
Dengan adanya minat, maka keinginan siswa untuk mempelajari pesantian akan semakin meningkat. Selain itu motivasi dari orang tua, guru dan masyarakat akan membantu membangkitkan minat siswa untk mencapai tujuan belajar.
2.4 Asumsi
Menurut http://kbbi.web.id/asumsi adalah (1) dugaan yang diterima sebagai dasar; (2) landasan berpikir karena dianggap benar;Jadi bisa disimpulkan bahwa asumsi adalah dugaan sementara oleh seorang peneliti.
2.5 Landasan Konseptual
2.5.1 Pengertian Konsep
Menurut KBBI, konsep adalah merupakan suatu rancangan atau buram surat dsb. 2 ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa dari peristiwa konkret: satu istilah dpat mengandung dua- yang berbeda; 3 Ling gambar mental dari objek, proses, atau apa yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal ini. Konseptual berhubungan dgn (berciri spt) konsep. (KBBI, 2003:588).
Pada bab ini akan dijelaskan tentang Pelaksanaan Ekstrakurikuler dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa Studi di Pasraman Mustika Dharma Cijantung.
2.5.2 Pengertian Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri.Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap atau nilai-nilai. Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) yaitu:”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka.
Menurut Rusli Lutan (1986:72) ekstrakurikuler adalah: Program ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi anak didik mencapai tarap maksimum.Sehubungan dengan penjelasan tersebut, dapat penulis kemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang menekankan kepada kebutuhan siswa agar menambah wawasan, sikap dan keterampilan siswa baik diluar jam pelajaran wajib serta kegiatannya dilakukan di dalam dan di luar sekolah.
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, pasti tidak lepas dari aspek tujuan. Kerena suatu kegiatan yang diakukan tanpa jelas tujuannya, maka kegiatan itu akan sia-sia. Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tertentu memiliki tujuan tertentu.Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda jenisnya, karena banyak hal yang memang berkaitan dengan kegiatan siswa selain dari kegiatan inti.Dengan beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada, siswa dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing.Kegiatan ekstrakurikuler tersebut berbeda-beda sifatnya, ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang berkelanjutan. Kegiatan yang bersifat sesaat seperti karyawisata dan bakti sosial, itu hanya dilakukan pada waktu sesaat dan alokasi waktu yang terbatas sesuai dengan kebutuhan, sedangkan yang sifatnya berkelanjutan maksudnya kegiatan tersebut tidak hanya untuk hari itu saja, melainkan kegiatan tersebut telah diprogramkan sedemikian rupa sehingga dapat diikuti terus sampai selesai kegiatan sekolah.
2.5.3 Ekstrakurikuler Pesantian
Pasantian (pesantian) adalah sekaa atau lembaga sebagai wadah belajar menyanyikan atau melantunkan Dharma Gita seperti disebutkan kekawin, kidung dan geguritan yang dalam parisada, mulia pahala melakukan pesantian ini yang perkembangannya dari tahun ketahun disebutkan semakin berkembang, khususnya di Bali. Pesantian di Bali merupakan suatu kasanah budaya bali yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan upacara agama Hindu dan berpungsi sebagai penunjang jalanya upacara yadnya itu sendiri.
Banyak orang berpendapat bahwa gending-gending atau pupuh yang dibawakan tersebut bernafaskan keagamaan karena mungkin pada awal mula terbentuknya pesantian diilhami oleh suasana kaagamaan.Maka setiap orang yang menikmati isi pupuh yang di bawakan sekha pesantian tersebut merasakan seakan-akan dirinya berada didalam suasana upacara yadnya.
Dari segi kualitas ada banyak sekha pesantian yang kualitasnya bagus-bagus, hal ini dilihat dari tehnik atau cara melgukan suatu pupuh dari masing-masing penyanyi dan tidak lepas kemungkinan kita bisa melihat dari gamelan yang mengiringi pesantian tersebut yaitu gamelan geguntangan.Pada umumnya pesantian di Bali bentuknya atau komposisinya sangat sederhana, dimana penyajianya mencakup beberapa bagian yaitu;
1) Pemabah atur atau bisa disebut dengan palawakya
2) Penyampaian isi atau makna geguritan yaitu dari pupuh kepupuh
3) Paramesanti atau penutup
Ketiga bagian diatas adalah struktur pesantian atau geguritan. Jika dilihat dari bagian-bagian diatas tentu orang-orang yang belum mengenal pesantian akan menganggap bahwasannya pesantian itu bentuknya sangat sederhana. Kalau kita menyaksikan langsung pementasan pesantian durasinya sangat lama sekali, hal ini dikarnakan dalam penyampaian cerita dalam bentuk gending tau pupuh peneges atau tukang artos dalm mengartikan satu bait lagu sering menggunakan arti yang panjang atau lebih dari arti yang sebenarnya dan kadang-kadang ada dua pengartos dalam satu lagu sehingga menambah durasi waktu dari oementasan pesantian tersebut.
Jadi didalam penyajian pesantian tersebut akan menggunakan waktu yang relatif lama.Dalam kontek upacara, pesantian mempunyai peranan yaitu sebagai pelengkap didalam pelaksaan upacara dewa yadnya, pesantian tersebut dapat memeriahkan suasana dalam upacara tersebut, pesantian ini dipungsikan sebagai hiburan oleh masyarakat setempat.Lagu atau pupuh yang dinyayikan bisa dijadikan petuah atau cer minan didalam kehidupan bermasyarakat, selain itu bagi orang yang senang dengan pesantian tersebut bila mendengarkan tiap bait pupuh dia akan menjadi damai dan tenang. Adapun iringan yang digunakan dalam mengiringi pesantian tersebut ialah gamelan geguntangan.Instrument geguntangan tersebut antara lain;
1) Kendang krumpung satu pasang (lanag/wadon)
2) Suling
3) Kecrek
4) Klenang
5) Gong Pulu
6) Tawa-tawa
7) Kajar pelegongan (krenteng)
8) Kelentit
Adapun tehnik penyajian geguntangan dalam mengiringi pesantian ini dimulai dari gending batel kemudian pada saat pengawak digunakan gending sekar elet kemudia kembali ke gending batel.Pada saat gending batel yang kedua pemabah atur mulai membuka pertunjuka pesantian tersebut kemudian dilanjutkan dengan menyanikan pupuh tabuh yang digunakan adalah tabuh telu kemudian pada saat mempertegas aksen-aksen tertentu digunakan tabuh dua dan seperti itu selanjutnya sampae pertunjukan tersebut selesai.
Yang paling berperan dalam gamelan geguntangan untuk mengiringi pesantian ini adalah yang memainkan suling atau bisa disebut tukang suling, tukang suling dituntut supaya tahu semua jenis pupuh yang dimainkan selin itu tukang suling harus peka terhadap nada penembang supaya suling tidak sumbang, tukang suling yang baik untuk mengiringi pesantian dia mampu memberikan berbagai suasana lewat alunan suling yang disajikan. Demikian sekilas yang dapat penulis analisa tentang pementasan geguntangan yang dipentaskan di Griya Gede Intaran baik dri segi pementasan pesantian dan iringan yang dipergunakan.
2.5.4 Indikator- indikator Pesantian
Proses pembelajaran dipesantian dapat dikatakan sebagai suatu proses kegiatan untuk mendorong dan merangsang peserta pesantian untuk mendapatkan pengetahuan pendidikan agama Hindu. Pembelajaran agama menekankan pada aspek moral dan sikap prilaku yang berbudi pekerti luhur yang berpedoman pada kitab suci Veda.Didalam buku pedoman pengelolaan pasraman 2006:33 disebutkan beberapa metode pembinaan agama yang dapat digunakan oleh Pembina pesanti dikenal dengan sad dharma yaitu:
1. Dharma Tula, Kata Tula dalam bahasa sansekerta artinya perimbangan atau keserupaan dan bertimbang.Secara harfiah dharma Tula artinya bertimbang wirasa atau berdiskusi.
2. Dharmawacana, Dharmawacana merupakan metode metode pembelajaran atau penerangan agama Hindu yang dapat dipakai mendiskripsikan materi pembelajaran agama kepada siswa.
3. Dharmagita, Dharma Gita berasal dari kata Dharma dan Gita.Kata dharma berarti kebenaran yang abadi.atau disebut agama, yaitu ajaran kebenaran yang kekal dan abadi bersumberkan kitab suci Vedayang meliputi Tattwa, Susila dan Upacara.Sedangkan Gita itu sendiri berarti nyanyian atau lagu-lagu. Jadi Dharmagita berarti nyanyian atau lagu-lagu suci yang didalamnya terkandung ajaran keagamaan.
4. Dharma Yatra, Pengertian Dharmayatra hampir sama dengan tirta yatra yaitu usaha meningkatkan pemahaman dan pembelajaran agama Hindu melalui persembahyangan langsung ke tempat-tempat suci.
5. Dharma Sadhana, Dharma Sadhana adalah realisasi ajaran dharma yang harus ditanamkan kepada siswa dalam rangka meningkatkan kualitas diri untuk selalu taat dan mantap dalam menjalankan ajaran agama Hindu.
6. Dharma shanti Dharma Santih
Dharma Santih adalah kebiasaan saling memaafkan diantara sesama umat bahkan antar umat beragama.
Dari metode sad dharma tersebut hanya tiga yang dilakukan dalam pesantian Pasraman Mustika dharma Cijantung yaitu dharmagita atau mekidung seperti sekar alit, sekar madya, sekar agung, dharmawacana dan dharmatula selain itu ada pula penambahan-penambahan sebagai kegiatan yang dilakukan dalam pesantian yang dijadikan sebagai indicator-indikator pesantian. Dharmagita adalah kidung keagamaan atau kidung pujaan kepada Hyang Widhi mupun kepada yang dihaturkan Yajna.Dharmagita dapat pula berarti kidung yang berisi ajaran Dharma atau kebenaran atau agama.Nyanyian tentang dharma yang dimaksud adalah ajaran-ajaran yang dikemas dalam bentuk nyanyian spiritual yang bernilai ritus sehingga yang menyanyikan dan yang mendengarkan sama-sama dapat belajar menghayati serta memperdalam ajaran dharma. Adapun bagian-bagian dari dharmagita yang dijadikan indicator adalah sebagai berikut:
1. Sekar Alit, Sekar Alit adalah mantra atau lagu-lagu yang menyangkut pupuh. Berikut pupuh yang dipelajari dipesantian yaitu:
2. Kidung Sekar Madya, Sekar Madya adalah metrum atau lagu-lagu yang menengah yang berkaitan dengan kidung sebagai ungkapan pujian kepada Tuhan, ditunjukan kepada bhuta yajna, manusia yajna, dan lain-lainya. Berikut beberapa contoh kidung:
1) kidung Dewa Yajna
a. Kawitan Warga Sari
Purwakaning angripta rum
Ning wana ukir kahadang labuh
Kartika panedenging sari
Angayon tangguling ketur
Angringring jangga mure
b. Sukanya harjawinangun winarma sari
Rumrumning puspa priyaka ingoling tangi
Sumpaning riris sumahur
Munggwing srengganing rejeng
Warga sari
c. Ida ratu
Ida ratu sakeng luhur
Kawula nunas lugrane
Mangda sampun titian tandruh
Mengayat bhatara mangkin
Titian ngaturang pejati
Canang suci lan daksina
Sami sampun puput
Prating kahing saji
d. Asep menyan mejegahu
Cendanane ide gelis turun
Mijil saking luring langit
Sampun medaddaban sami
Maring giri meru reko
Ancangan sedulur sami pade ngiring
e. Nunas tirta
Turun tirta sakeng luhur
Pemangkunemanyiratang
Mangalencok muncrat mumbul
Mapan tirta merta jati
Paican batara sami
Panyupatan dasa mala
Malane ring bumi
2) Sekar Agung
Sekar Agung adalah metrum atau lagu-lagu yang paling tinggi termasuk sloka dan palawakya.
a) Sloka
Śreyā sva-dharmo vigunah
Para-dharmāt sv-anuşthitāt,
Sva-darme nidanaṁ śreyah
Para dharmo bhayāvahah.
Terjemahan:
Lebih baik mengerjakan dharmanya sendiri walaupun kurang caranya melaksanakan daripada dharma orang lain. Walaupun baik cara melaksanakan kalaupun sampai mati dalam melaksanakan dharma sendiri adalah lebih baik sebab menuruti bukan dharma sendiri adalah berbahaya.
(Bhgavadgita III.35)
Teşam ahaṁ sammudhartā
Mrtyum-saṁsāra-sāgarāt,
Bhavāmi na carat pārtha
May āveśita-cetasām.
(Bhagavadgita XII.7)
Terjemahan:
Bagi mereka yang pikirannya tertuju terus-menerus pada-Ku, wahai Partha (Arjuna), aku segera menjadi penyelamat mereka dari lautan penderitaan mahluk fana.
b) Palawakya
Apang ikang dadi wwang, utama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya saking sangsāra, makasādhanang śubhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika.
(Sarasamuccaya I.4)
Terjemahannya:
Menjelma sebagai manusia, itu adalah sungguh-sungguh utama; sebab demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.
Dengan demikian kidung agama merupakan yadnya kehadapan yang dipuja sekaligus dapat membersihkan pikiran dan sebagai benteng rohani bagi yang melaksanakannya. Karena dengan kidung pikiran akan terhindar dari gangguan atau godaan dan kidung dapat juga memperhalus perasaan dan menjernihkan hati orang yang menembangkan maupun orang yang mendengar. Oleh karena itu, kidung bukanlah sekedar nyanyian melainkan persembahan kepada Tuhan dengan segala manesfestasi beliau yang harus diikuti dengan rasa bhakti. Hal ini ditegaskan dalam mantram sebagai berikut:
Rco aksare parame wyomam,
Yasmi dewa adhi wiswe niseduh,
Yastatra weda kim rca ariswati,
Ya it tad widus tai me samasate.
(Reg Weda:1.164.39)
Artinya :
Yang abadi, nyanyian weda yang adadi alam suci tempat perwujudan semua yang bersinar, nyanyian weda tiada berfaedah bagi yang dungu, tetapi mereka yang memahami dan menghayati serta mempersembahkan kidung suci mereka akan sempurna.
Arcata prarcata priyamewaso arcata
Ascantu putraka uta puram na dhrswarcata
(Reg Weda:VIII.69.8)
Artinya :
Nyanyikanlah, nyanyikanlah pujaan mu, O Para Bhakta, nyanyikanlah, persembahkanlah kidungmu pada-Nya yang laksana istana yang kokoh.
Giri-Bharajo normayo madanto
Braspatim awyarka anawam
(Reg Weda: X.68.1)
Artinya :
Laksana air yang jernih keluar dari gunung, kidung suci dipersembhkan kepada Tuhan (Brhaspati).
3). Dharma Wacana
Dharma Wacana adalah kegiatan mewacanakan atau menyampaikan ajaran dharma oleh pemuka agama kepada umat. (Adi Putra, Gede Rudia 2003:103).
Sedangkan dalam buku Dharma wacana 2007:10, dharma wacana mengandung arti mewacanakan dharmadi tengah- tengah masyarakat.Kegiatan mewacanakan dharma ini dimasa lalu disebut upanisad.Terminology upanisadatau upanisada mengandung arti dan sifat yang “Rahasyapadesa” dan merupakan bagian dari kitab Sruti.Pada masa yang lalu ajaran upanisad sering dihubungkan dengan “pawisik” yakni rahasia yang diberikanoleh seorang guru kerohanian kepada siswa atau muridnya dalam jumlah yang sangat terbatas.
Dengan istilah dharma wacana dimaksudkan sebagai metode penerangan Hindu yang diberikan sebagai metode penerangan agama Hindu yang diberikan secara umum kepada umat Hindu sesuai dengan sifat, tema, bentuk jenis kegiatan keagamaan yang dilaksanakan menurut desa (Tempat), kala (waktu) dan patra (keadaan).
4)Dharma Tula
Dharma tula adalah diskusi keagamaan dengan terwujudnya kemantapan sradha (keyakinan) umat kepada Hyang Widhi dan segala ajaran beliau. Dalam diskusi tersebut yang diutamakan dlah kemampuan kita untuk menerima kebenaran yang diajarkan Weda. (Adi Putra, Gede Rudia 2003:103)
Sedangkan dalam buku pedoman pengelolaan pasraman 2006;33 dharma tula berasal dari kata Tula dalam bahasa sansekerta perimbangan atau keserupaan dan bertimbang.
Secara harfiah dharmatula artinya bertimbang wirasa atau berdiskusi. Melalui pelaksanaan dharma tula diharapkan para anggota pesantian nantinya mampu dan memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat serta dalam rangka melatih para anggota pesantian untuk mampu beragumen dan berbicara tentang keberadaan Hindu.
2.5.5 Hakekat Pesantian
Pesantian adalah suatu kegiatan keagamaan yang dilakukan untuk mencapai kedamaian dengan melantunkan gita. Kidung, kekawin, palawakya mebebasan dan lain-lain kemudian dilaksanakan dharma tulauntuk mendapat pengetahuan yang terkandung didalamnya. Jadi pada dasarnya Pesantian merupakan dari para umat kepada Tuhan dengan melantunkan nyanyian-nyanyian suci dengan penuh rasa bhakti.
Dengan melantunkan lagu-lagu suci maka kita sebagai seorang bhakta akan merasakan suatu getaran kesucian,pikiran yang kalut perlahan-lahan akan menjadi jernihdan tenang, jiwa yang awalnya diselimuti emosi maka perlahan-lahan akan mencair, hal ini dikarenakan melantunkan lagu suci sama saja kita menyebut, memanggildan mengingat nama Tuhan. Siapapun di dunia ini yang menyebutkan nama Tuhan dengan hati yang penuh rasa bakti maka Tuhan akan selalu ada dalam diri mereka, hal ini dijelaskan dalam sloka Bhagavadgita sebagai berikut:
Samo ham sarva- bhutesu
Na me dvasyo ‘sti na priyah
Ye bhajanti tu mam bhaktya
Mayi te tesu capy aham
(Bagavadgita, IX.29)
Artinya :
Aku tidak iri kepada siapun, dan aku tidak berat sebelah kepada siapapun. Aku bersikap yang sama terhadap semuanya. Tetapi siapa-pun yang mengabdikan diri kepada-Ku dalam bhakti adalah kawan, dia berada di dalam diri-ku dalam bhakti adalah kawan dia berada dalam Diri-ku, dan Aku punkawan baginya.
Berdasarkan sloka diatas, dijelaskan bahwa kirtanam, japa dan lain-lain maka kita akan menjadi dekat dengan Tuhan, kita akan selalu ada dalam lindungan-Nya karena beliau ada dalam diri kita. Jadi berjapa, kirtanam, membaca sloka, mekidung dan lain-lain sesunggunya sangatlah penting dan bermanfaat bagi kita, karena semu itu merupakan bentuk rasa bhakti kita kepada-Nya yang menciptakan kita. Jika hari-hari dipenuhi oleh rasa bhakti maka Tuhan senantiasa akan selalu melindungan kita dengan cintanya, seperti dijelaskan dalam sloka berikut:
Anasyas cintayanto mam
Ye janah paryupasate
Tesam nityabhiyuktanam
Yoga-ksemam vahamy aham
(Bhagavadgita, IX.22)
Artinya :
Orang yang selalu menyembah-Ku dengan bhakti tanpa tujuan yang lain dan bersamadi dalam bentuk rohani-Ku Aku bawakan apa yang dibutuhkannya dan aku lindungi apa yang dimilikinya.
Jadi kegitan pesantian sangatlah pentingdilakukan, karena didalam Pesantian kita belajar untuk berbakti kepada Tuhan dengan cara menyanyikan nama-nama suci Beliau. Untuk itu, mekidung, berjapa, kirtanam dan lain-lainnya dengan penuh penghayatan dan cinta kasih, bayangkan seakan-akan Dia yang kita puja ada dihadapan kita.
2.5.6 Dharmagita
a. Pengertian Dharmagita
Dharmagita berasal dari kata bahasa sansekerta yaitu dari dua suku kata, yaitu Dhrma dan gita. Tulisan yang benar menurut ejaan Kawi Latin atau sansekerta latin ialah Dharma dan Gita. Hurf i pada kata Gita panjang atau dirgha. Dharma adalah kata benda masculinum yang artinya lembaga , adat kebiasaan, aturan, kewajiban. Moral yang baik, pekerjaan yang baik, kebenaran, hukum dan keadilan.Gita adalah kata bahasa sansekerta dalam bentuk perfect passive participle, neutrum yang artinya nyanyian atau lagu (Kamus Sansekerta, oleh Pemda TK I BaliTahun 1985-1986).Kalau kita berpatokan pada arti kata antara dua perkataan tersebut maka Dharmagita dapat diartikan nyanyian-nyanyian kebenaran atau nyanyian keadilan dan yang lainnya.Tetapi kita menyadari bahwa kata dharma sering dipergunakan sebagai istilah agama.Maka pengertian dharmagita adalah suatu lagu atau nyanyian yang dipergunakan dalam pelaksanaan upacara Agama Hindu.
Dharmagita sebagai nyanyin keagamaan bagi umat Hindu yang dipergunakan untuk menyertai kegiatan keagamaan khususnya yang berhubungan dengan ritual/yajnya.Penggunaan Dharmagita dalam berbagai kegiatan keagamaan tersebut sangat dibutuhkan irama lagunya yang memiliki berbagai jenis variasi yang sangat membantu dalam menciptakan suasana hening, hikmat/khusuk, sehingga dapat memancarkan getaran kesucian sesuai dengan jenis yajna yang dilaksanakannya.
Dharmagita itu diperuntuhkan untuk semua tingkat umur, maka didalam menyelipkan atau memasukan ajaran agamakedalam Dharnagita itu disesuaikan dengan tingkat umur dan kemampuan masing-masing.Misalnya, Dharmagita untuk anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Secara tradisioanalDharmagita telah dilaksanakan oleh umat Hindu di seluruh Indonesia, bahkan mungkin di seluruh dunia, hanya saja irama dan bahasanya yang berbeda tetapi maksud dan tujuannya sama (Materi Dharmagita, Sugimawa Wayan).
b.Peranan Dharmagita
Dharmagita selain untuk mengiringi kegiatan upacara yajnya, dapat juga dipergunakan dalam kegiatan-kegitan seni, seperti topeng, primbon/arja, wayang dan pagelaran lainnya. Dimana dalam melantunkan tembang/lagunya ada yang diterjemahkan sehingga dapat mempermudah memhami isi kitab suci Weda, dan sastra agama lainnya. Pada kegiatan utsawa dharmagita, menyambut tamu agung atau pejabat selalu dipentaskan kidung, begitu juga pada kegiatan resmi yang berhubungan dengan Hindu seperti Maha Sabha, Pesamuan Agung, Dharma Santi, biasanya kidung/pupuh tidak pernah dilupakan apalagi pembacaan Sloka dan Palawakya. Adapun peranan Dharmagita yaitu:
1. Sebagai pencurahan rasa bhakti
Dalam proses manusia menuju Tuhan, dimulailah kegiatan jiwanya dengan sikap kehendak, kemauan dan keinginan, maka lahirlah ekspresi emosi dari jiwa (emosi diidentikkan dengan perasaan). Ekspresi emosi jiwa manusia ialah yang paling dominan pernannya dalam hubungannya menjiwai kidung-kidung sebagai nyanyian pujaan kepada Tuhan.Pada dasarnya wujud perasaan yang merupakan salah satu sikap jiwa manusia adalah bersifat universal.Umumnya sikap ekspresi perasaannya mengra pada dua dimensi dalam satu kesatuannya (rwabhineda), yang bersifat positif dan negative.Sikap ekspresi positif dan negtif, dapat disebut dalam istilah kerohanian agak lembut, adalah sebagai yang bersifat kedewataan dan keraksasaan.Sikap kedewataan adalah positif, dan keraksasaan yang negative.
2. Sebagai alat pranayama, Irama kidung yang panjang-panjang dan memerlukn tempo yang lama sehingga memerlukan pengaturan nafas yang cermat. Kalau pengaturan nafas kurang tepat, irama nyanyian kidung akan menjadi suatu penyajian yang putus-putus di tengah-tengah tembang dantidak akan mencapai tujuan yang semestinya. Untuk dapat melakukan pengaturan nafas dengan baik, maka penyanyi kidung hendaknya dapat menyelaraskan nafas ang keluar dan nafas yang masuk.Sebanyak nafas yang keluar, untuk menggetarkan ucapan-ucapan kata dari kidung itu, sebanyak itu pula nafas yang masuk ke rongga dada. Dengan mengembangnya paru-paru secara penuh, dan juga mengempis secara penuh, maka peredaran darah dalam tubuh si penyanyi akan menjadi lancer dan mengakibatkan keseimbangan tubuh menjadi normal. Keseimbangan tubuh dalam keadaan normal, maka kesehatan pun akan terjamin, daya tahan tubuh akan semakin kuat dan penyakitpun sukar menyerangnya. Inilah efek kesehatan yang langsung diterima oleh penembang kidung jika benar-benar melakukan aturan yang semestinya.
c. Sebagai pembimbing perasaan menuju suasana kesucian, Dengan kebhaktian dan pengabdian merupakan sikap yang baik, untuk membimbing perasaan manusia agar mendapatkan suasan yang tentram, damai dan bersih.Kebhaktian merupakan sikap pernyataan terima kasih yang manusiawi terhadap kehidupan ini.Cara kebhaktian dapat dinyatakandengan sikap lahir dan bhatin.Pengabdian yang sesungguhnya ialah pernyataan kerelaan/keikhlasan yang setulus-tulusnya untuk mengerjakan kewajiban tanpa diikat kepentingan pribadi.Dengan sikap seperti ini dapat dibina dan merupakan bimbingan yang dinilai positif sehingga perasaan menjadi lapang, tenang dan tidak diselimuti oleh bayang-bayang mendapatkan pujian, sanjungan, dengan demikian kesombongan dan ketakaburan seseorang dapat ditiadakan.
c. Ruang Lingkup Dharmagita
Nyanyian atau kidung suci keagamaan Hindu yang juga disebut Dharmagita sangat banyak, menurut pembagian I Ketut Simpen dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Sekar Rare, Sekar Rare adalah nyanyian atau lagu yang disebut gegendingan. Biasanya dinyanyikan oleh anak-anak, dipakai untuk mengiri gamelan yang menggunakan bahasa daerah, memakai sajak bebas, isinya sebuah cerita samapai selesai, setiap lagu mempunyai nama tersendiri dan didlamnya diselipkan ajaran-ajaran susila.
Contohnya:
Meong-meong ale je bikule
Bikul gede-gede
Buin mokoh-mokoh
Kereng pesan ngerusuhin
2. Sekar Alit, Sekar Alit adalah nyanyian atau lagu-lagu yng juga disebut geguritan berupa pupuh (macepat) yang susunanya terikat pada banyaknya baris pada setiap pupuh, banyak suku kata dalam setiap baris, labuh suara (lingsa) kata terakhir setiap baris berisi petuah-petuah yang trcantum dalam ajaran-ajaran agama.Pupuh (macepat) dapat dibedakan antara lain:
a. Mijil f. Samarandhana
b. Pucung g. Sinom
c. Maskumambang h.Durma
d. Ginada i. Pangkur
e. Kinanti/Ginati j. Dangdanggula
Contoh : Pupuh/Macet.
a. Pupuh Mijil
Salah unduk nista ibe sampi
Jugul ditu nongos
Awak gegde tanduk lanying ngrenyeb
Nging mategul nyurudayu sai
Kone ibe sakti
Tan pedaye mredi idup
b. Pupuh Pucung
Pupuh pucung
Anggen jalaran manutur
Cenik piana bapa
Mumpung cening enu cenik
Apang suluk
Jemet melajahang awak
c. Pupuh Maskumambang
Dados jadma
Jatin ipun pinih luwih
Patut ngayu bagia
Yadin lacur turin bengil
Side pacang mangguh bagia
d. Pupuh Ginada
Ijaye prane mangucap
Lamun tuduh beli mati
Dije ke beli manongos
Yadin ke magedong batu
Lamon sube janji pejah
Mangemasin
Nanging patute kukuhang
e. Pupuh Kinanti/Ginanti
Mirip sube liu tahu
Kadi ne munggu ring aji
Jatin sangsara punika
Wetu sakeng tingkah pelih
Pelih sakeng ketambetan
Tambet dadi dasar sedih
f. Pupuh Samarandhana
Mepisune ngawe pati
Miwa ane len lenan
Kancan laksanane kaon
Yandang pisan to impasang
Mangde cening tan kasepan
Ngungsi sila ane patut
Dharma sadu maring jagat
g. Pupuh Sinom
Susilane utamayang
Satiane anggen ngembanin
Keto munggah di agama
Kukuhang mangdenye pasti
Ede mamuikin aji
Ida sungsung make guru
Swecan ngincen kerahayun
Tunasin pangalang ati
Make suluh
Gigisan paling di jalan
h. Pupuh Durme
De memadat memotoh mengutang-utang
De ngadu daye lengit
Solah apang melah
Mebanjar mapisaga
Eda maduunin rusit
Astiti ring Hyang
Bhakti ngaya ring gusti
i. Pupuh Pangkur
Nunas agung sinampura
Ratu titiang ring ide dane sami
Manggerencana ngawe kidung
Pangkure anggen tembang
Mapi bise belog pongah sipok sigug
Tuare jengah kakedekang
Ngulahang payu mangawi
j. Pupuh Dangdang Gula
Titian takut kena munyi manis
Ngaku tresna
Gampang nagih nadtad
Anak luh uli dini
Batangin seleke siu
Joh pare bakatang beli
Saling kebaan kemikan
Makumulan galir bungut
Dije pacing saup jemak
Tuyuh ngucap
Adayan sube nengil
Keh madundun dakin basang
3. Sekar Madya
Sekar madya adalah nyanyian atau lagu-lagu yang berisikan pujian-pujian kehadapan Ida sang Hyang widhi Wasa. Yang termasuk sekar madya adalah kidung. Kidung yang terdiri dari kawitan biasanya terdiri dari dua bait yaitupemamak dan penawadiulang seterusnya sampai selesai. Kidung disebut anyapta windu sebab sering 7 (tujuh) wanda suaranya panjang atau pendek. Kidung bisasnya digunakan untuk mengiringi upacara yajnya dalam agama Hindu. Ada 5 (lima) macam jenisnyayang disebut panca yajnya, maka kidungpun dapat dibedakan menjadi 5 (lima) yaitu,
a. Kidung Dewa Yajnya adalah kidung yang dipakai untuk mengiringi upacara Dewa Yajnya.
b. Kidung Rsi Yajnya adalah kidung yang dipakai untuk mengiringi upacara Rsi Yajnya.
c. Kidung Pitra Yajnya adalah kidung yang dipergunakan untuk mengiringi upacara pitra yajnya.
d. Kidung Manusia Yajnya adalah kidung yang dipergunakan untuk mengiringi upacara Manusia Yajnya.
e. Kidung Bhuta Yajnya adalah kidung yang dipergunakan untuk mengiringi upacara Bhuta Yajnya.
Contoh kidung Dewa Yajnya;
Kawitan Warga Sari
a. Purwa Kaning anggripta rum, ning wana ukir
Kahadang labuh kartika, panadenging sari
Angayon tangguling ketur, anggringring jangga mure.
b. Sukania arja winangun, winarna sari
Rumrumning puspa, priyaka ingoling tangi
Sampuning riris sumawur, mungguwing, srengganing rejeng.
Warga sari
c. Ida ratu saking luhur, kawulanunas lugrane
Mangde sampun titian tandruh, mengayat betara mangkin
Titian ngaturang pejati, canang suci muandak sina
Sami sampun puput, pratingkahing saji
d. Warga Sari (dipakai pada waktu nunas tirta)
Turun tirta saking luhur, nenyiratang pemangkune
Makalangan muncrat mumbul, mapan tirta marta jati,
Paican batara sami, panglukatan dasa mala,
Sami pada lebur, malaning ring gumi
4. Sekar Agung
Adalah nyanyian atau tembang –tembang yang terikat pada suku kata dalam setiap baris (wrtta), letak guru lagu (matra) purwa kanti, tembangnya bebas asal enak didengar dan tidak meninggalkan guru lagu yang berisi ajaran agama.
Yang termasuk Sekar Agung adalah:
a. Kekawin
Kekawin artinya syair berbahasa Jawa Kuno (kawi) yang memakai metrum India. Hal yang paling insesial dalam aturan metrum India ini adalah guru lagu .untuk menembangkan kekwawin pedoman utama yang harus diperhatikan adalah pola guru lagu yang di pakai. Masing-masing suku kata dalam kekawin ini mempunyai kualitas yang berbeda. Apabila silebel jatuh pada posisi “gur” maka suku kata tersebut dibaca suara pendek, agak cepat intonasinya ringan saja seperti:
1. Kekawin Ramayana
2. Kekawin Bratayudha
3. Kekawin Arjuna Wiwaha
4. Kekawin Lubdhaka
5. Kekawin Samarandhana
b.Sloka
Pengertian Sloka dalam trdsisi di Bali adalah bait-bait mantra yang terdapat didalam kitab suci Weda maupun Upanisad. Sloka ini biasanya dipakai pada saat mengiringi doa dan upacara oleh para sulinggih dalam rangka persembahyangan umat beragama. Secara teknis pembacaan bait-bait Sloka ialah dengan irama khas ( reng mantra). Bahasa yang dipakai adalah bahasa sansekerta.Pengambilan nada biasanya dipangkal kerongkongan hidung suara kedengarannya bergema ke dalam, seperti dengungan kumbang yang sedang menghisap sari bunga.Pengucapan Slokanya seperti sulinggih pada waktu memuja.
Contoh sloka,
Śreyān sva-dharmo viguņaḥ para-dharmāt sv-anuṣṭhitāt Sva-dharme nidhanaṁ śreyaḥ para-dharmo bhavāvahaḥ
(Bhagavad Gita III.35)
Artinya
Adalah lebih baik dharma sendiri walaupun kurang caranya melaksanaka dari pada dharma orang lain. Walaupun baik cara melaksanakan kalaupun sampai mati dalam melaksanakan dharma sendiri adalah lebih baik, sebab menuruti bukan dharma sendiri adalah berbahaya.
c. Phalawakya
Istilah palawakya digunakan untuk pembacaan teks-teks prosa (parwa) yang kemudian diterjemahkan.Palawakya tidak jelas dari mana asalnya. Apakah berasal dari kata phala dan wakya yang kalau maknanya masing-masing unsur kelompok kata tersebut berarti “buah dan kata ” atau ucapan, ini pun tidak jelas. Kalau memang kata phalawakya ini berasal dari kata phala dan wakya makna yang didukungnya kata-kata atau ucapan yang berpahala atau hasil.Namun yang jelas phalawakya ini dimaksudkan untuk suatu kegiatan yaitu pembacaan teks-teks berbahasa kawi (jawa kuna) yang terbentuk prosa (parwa).Dalam kaitannya kegiatan kegamaan.Phalawakya ini dibacakan pada upacara Pitra Yajnya yaitu yang disebut “mamutru”.teks yang dibaca adalahParwa atau Putru.Inilah yang melatar belakangi mengapa phalawakya ini juga merupakan lingkup Dharmagita. Tenis pembacaan Phalawakya juga memperhatikan guru lagu sama halnya dengan kekawin.
Contoh:
Apan ikang balakosawahana, tumekeaken awknya ya ri sang punyakarma, kadi kramaning manduka, an parakena aknya ring sumur, mmwang ikang manuk,an takena ring talaga.
(Sarassamuccaya IV.24)
Artinya:
Sebab kekuatan, perbekalan dan pengangkutan itu, akan mendatangkan dirinya sendiri kepada orang yang berbuat jasa atau kebaikan, sebagai halnya kebiasaan katak, demikian pula mendekatkan dirinya kesumur, dan sebagai burung, mendekatkan dirinya sendiri ke telaga.
d. Fungsi Dharmagita
Ada beberapa fungsi Dharmagita ( Ni Nyoman Sudiani: 2009, Upaya Meningkatkan Partisipasi Remaja Hindu Dalam Berdharmagita Pada Pelaksanaan Upacara Dewa Yajnya (Studi Analisis Pada Pendidikan Dharmagita Melalui Ekstrakurikuler di Pasraman Tirta Buana Bekasi) adalah sebagai berikut:
1) Untuk memuja Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) sebagai sumber kebenaran dan kemakmuran. Dalam Rgveda disebutkan sebagai berikut:
Ā viśvādevaṁ satpatiṁ sứktair adyā
Vŗņīmahe, satyasavaṁ savitāram.
(Rg vedaV.82.7)
Artinya :
“Ya Tuhan Yang Maha Agung dengan kidung kami memuja-MuTuhan sebagai sumber kebajikan, Engkau maha cemerlang yang memiliki takdir yang maha benar dan bijaksana”
2) Sebagai salah satu media tradisional yang sangat efektif untuk memasyarakatkan ajaran-ajaran agama, mengingat Dharmagita merupakan nyanyian suci yang di dalamnya memuat ajaran agama sebagai media untuk menyampaikan ajaran agama. Materinya dibuat sedemikian rupa dalam bentuk lagu atau irama yang indah dan menawan, mempesona bagi pembaca dan pendengar.
3) Sebagai motivasi umat Hindu untuk lebih mencintai agamanya, sehingga menimbulkan keinginan untuk mempelajari, menghayati dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari dijadikan pegangn di dalam berpikir, berbicara dan berbuat sehingga dapat mencapai kesucian rohani dan akhirnya mencapai kebahagian yang disebut “ Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma”
e. Tujuan Dharmagita Secara tradisonal Dharmagita ini telah dilaksanakan oleh umat Hindu di seluruh Indonesia. Dharmagita biasanya dilaksanakan di Pura-pura, di Balai Banjar, secara berkelompok atau individual, di rumah pribadi maupun rumah orang lain.
Bahkan untuk memasyarakatkan dharmagita, pemerintah dalam hl ini mengadakan Utsawa Dharmagita, baik ditingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi dan ditingkat nasional. Utsawa dharmagita adalah kegiatan perlombaan seni membaca kitab suci Weda dan sastra agama lainnya, serta seni suara yang meliputi: Megeguritan, mekidung, mekekawin, membaca sloka dan phalawakya. Sebagai media tradisional yang sangat efektif, maka Dharmagita bertujuan untuk:
a. Memasyarakatkan ajaran agama melalui kesenian (seni suara) sehingga mendorong kita lebih mencintai agama dengan memahami, menghayati serta mengamalkan ajaran-ajarannya.
b. Untuk memberikan sentuhan rasa kesucian, kehidmatan serta kekhusukan dalam melaksanakan upacara Yajnya dalam agama.
Oleh karena itu jika ada upacara keagamaan disalah satu tempat suci (pura) selalu kita dengar/ dikumandangkan Dharmagita Anjali (Gitanjali) atau kidung yang dilaksanakan secara kelompok maupun perorangan.
c. Untuk memberikan dorongan kepada kita semua untuk menghargai karya seni, dan dapat lebih mencintai kebudayaan warisan leluhur kita berupa seni sastra sehingga timbul keinginan untuk menjaga, memelihara, melestarikan dan mengembangkan, apalagi Dharmagita berkaitan dengan agama (modul dharmagita. Sugimawa wayan).
Menurut ( Ni Nyoman Sudiani: 2009, Upaya Meningkatkan Partisipasi Remaja Hindu Dalam Berdharmagita Pada Pelaksanaan Upacara Dewa Yajnya (Studi Analisis Pada Pendidikan Dharmagita Melalui Ekstrakurikuler di Pasraman Tirta Buana Bekasi), sebagai media tradisional yang sangat efektif, maka tujuan dari Dharmagita adalah sebagai berikut:
1). Untuk memasyarakatkan ajaran agama kesenian, yaitu seni suara sehingga mendorong kita lebih mencintai agama dengan memahami dan menghayati serta mengamalkan ajaran-ajarannya.
2). Untuk memberikan sentuhan rasa yang kesucian, kehikmatan dan kekhusukan dalam melaksanakan upacara yajna.
3). Untuk memberikan dorongan kepada kita untuk menghargai karya seni , lebih mencintai budaya warisan leluhur berupa sastra, selanjutnya timbul keinginan untuk menjaga , memelihara, melestarikan dan mengembangkannya.
2.5.7 Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok (Djamarah,1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdulah Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan , hasil pekerja, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dari pengertian diatas, bahwa terlihat perbedaan pada penekanan. Namun intinya sama yaitu hasil yang dicapaidari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan kerja, baik secara individual, maupun cara berkelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986:62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran.
Setelah menelusuri uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai sisw setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan, dan kemudian akan diukur dan dinilai dan kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan. Menurut TU’U (2004: 75) mengemukakan bahwa prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Berdasarkan hal itu, prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2. Prestasi belajar tersebut terutama dinilai oleh aspek kognitifnya. Karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.
3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka, dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Nana Sudjana ( Dalam Tulus Tu’u 2004:23) mengemukakan bahwa diantara ketiga ranah ini yakni, kognitif, afektif, dan psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa menguasai isi bahan pelajaran. Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah suatu kecakapan atau hasil yang diperoleh dari proses pembelajaran, dengan penguasaan pengetahuan, atau keterampilan yang ditunjukan dengan nilai. Prestasi belajar adalah segala keberhasilan yang diperoleh dalam mengerjakan segala pekerjaan, untuk dipertanggung-jawabkan. (Skripsi, 2012: 5)
A. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895)“ Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru”.Sumadi Suryabrata (2002: 297) mengartikan prestasi belajar sebagai “nilai yang merupakan bentuk rumusan akhir yang diberikan guru terkait dengan kemajuan atau prestasi belajar siswa selama waktu tertentu”.Muhibbin Syah (2010: 141) menyebutkan bahwa “prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.Prestasi Belajar merupakan kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan belajar.Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam belajarnya yang meliputi kemampuan penguasaan, pengetahuan dan ketrampilan yang telah diajarkan di sekolah. Dengan melihat hasil dari tes formatif, tes sumatif nilai rapor maka dapat dilihat sejauh mana prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa.
Prestasi belajar yang diperoleh merupakan suatu hasil dari perubahan karena belajar.Menurut Sumadi Suryasubrata“untuk mengetahui prestasi belajar siswa, guru harus melakukan pengukuran dan evaluasi pendidikan yang dicapai oleh siswa setelah mengetahui proses pendidikan secara formal dalam jangka waktu tertentu dan hasil tersebut berwujud angka-angka”. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 102) prestasi belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat di lihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan setelah melakukan proses belajar lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.Ada beberapa prestasi yang dapat dicapai oleh setiap orang, diantaranya:
1. Prestasi Belajar Hasil yang diperoleh untuk usaha untuk belajar.Prestasi siswa misalnya di sekolah, menjadi juara umum setiap tahun.
2. Prestasi Kerja Adalah hasil yang diperoleh dari usaha kerja yang telah dilakukan.Misalnya promosi kerja keras mereka selama bertahun-tahun. Contoh penghargaan untuk pencapaian artistic
3. Prestasi Seni Adalah hasil yang diperoleh dari bisnis seni. Misalnya, pencapaian penyanyi atau bentuk lain dari seniman upeti.
4. Prestasi Olah raga Hasil yang diperoleh untuk usaha dan kerja keras di bidang olahraga.Sebagai contoh, seorang atlet mendapat medali emas di tempat pertama diraih saat menghadiri Pekan Olahraga Nasional (PON).
5. Prestasi Lingkungan Hidup Kinerja lingkungan adalah sebuah prestasi yang diperoleh oleh upaya untuk menyelamatkan lingkungan.Misalnya individu atau kelompok mendapatkan penghargaan untuk upaya konservasi lingkungan seperti penanaman pohon atau penghijauan.
Prestasi dapat digunakan untuk meningkatkan potensi kita. Berikut ini adalah prestasi penting:
1. Prestasi adalah wujud nyata dari kualitas dan kuantitas yang diperoleh oleh seseorang di bisnis yang diperoleh.
2. Prestasi adalah sebuah pengalaman yang orang mengalami dan bisa menjadi pelajaran berharga untuk masa depan.
3. Prestasi adalah kebanggaan bagi diri sendiri, keluarga, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara.
4. Prestasi digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan seseorang, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara.
Sikap yang mendukung seseorang dalam brepestasi diantaranya:
1. Berorientasi masa depan dan cita-cita
2. Keberhasilan berorientasi
3. Berani mengambil atau berisiko
4. Sebuah rasa tanggung jawab yang besar
5. Menerima dan menggunakan kritik sebagai umpan balik
6. Memiliki sikap kreatif dan inovatif, dan mampu mengatur waktu dengan baik.
Semua orang berperilaku benar-benar dalam memproduksi sesuatu. Namun, prestasi atau keberhasilan yang dicapai tidak terlepas dari bantuan orang lain. Misalnya membantu spiritual, material, dan bantuan lainnya. Dalam proses mencapai kesuksesan, semua orang akanmenghadapi tantangan, termasuk:
1. Berasal dari diri-sendiri, Tantangan dari diri-sendiri adalah bakat, potensi, kecerdasan atau kecerdasan, minat, motivasi, kebiasaan, emosi, kesehatan dan pengalaman pribadi.
2. Berasal dari lingkungan, Tantangan lingkungan dalam bentuk tantangan dari keluarga, sekolah, masyarakat, infrastruktur, fasilitas, gizi, dan tempat tinggal.
2.5.8 Pasraman
Pasraman berasal dari kata “asrama” yang artinya tempat tinggal, pertapaan tempat orang-orang suci bijaksana untuk melakukan pemujaan terhadap tuhan (Monier Williams, 1993:158).Sejalan dengan pendapat Monier Williams, Zoetmulder (2000:70) juga menyebutkan kata pasraman diartikan sebagai pertapaan, tempat bertapa.Berdasarkan pengertian dimaksud maka, pasraman dapat diartikan sebagai sebuah tempat tinggal atau pertapaan seorang guru suci dan juga tempat untuk melakukan pemujaan kepada Tuhan dan memperdalam ajaran kerohanian dalam usaha menumbuhkan sifat yang bijak.
Keberadaan pasraman pada zaman dahulu merupakan tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran kerohanian yang terdapat di hutan atau tempat pertapaan guru suci yang bijaksana dengan aturan-aturan (sesana) yang ketat dan murid-murid pasraman disebut dengan sisya diharuskan tinggal di pasraman.Pada saat ini pasraman tetap difungsikan sebagai lembaga pendidikan, sebagai tempat untuk mempelajari agama Hindu yang bertujuan agar siswa dalam berprilaku sesuai dengan ajaran agama Hindu serta dapat menyesuaikan diri dengan prkembangan zaman.Namun tempat pelaksanaannyatidak lagi di hutan, kini pasraman dilaksanakan oleh suatu lembaga atau yayasan keagamaan yang keberadaannya berdekatan dengan tempat suci atau Pura.
Dalam organisasi kelembagaan agama Hindu (Banjar)Jakarta Timur sebagai organisasi social yang mengkoordinir karma (masyarakat) dalam kehidupan keagamaan, adat dan budaya kini banyak yang melaksanakan program pendidikan non formal yang didasarkan ajaran agama Hindu, bagi para karma khususnya siswa melalui jalur pendidikan non formal di Pasraman.
Mustika Dharma yang terletak area Pura Mustika Dharma Cijantung merupakan tempat yang strategis dan cocok untuk menyampaikan ajaran agama, adat-istiadat dan budaya. Teknik pembelajarannya dikemas dengan situasi dan kondisi di Banjar yang bersangkutan. Pasraman merupakan tempat pembelajaran yang bersifat konvensional artinya pokok-pokok mmateri yang ditawarkan diharapkan dikembangkan secara optimal sesuai dengan kondisi yang memakainya (Tim penyusun;2006).
Demikian juga halnya Pasraman Mustika Dharma yang ada di Cijantung, Jakarta Timur adalah merupakan penyelenggara pendidikan non formal Hindu yang keberadaannya untuk memberikan pendidikan agama Hindu serta dan mengenalkan budaya yang diwarisi agama Hindu yang ada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Melalui pelaksanaan pasraman diharapkan mampu memperkaya, melestarikan dan mengembangkan budaya Bali yang telah dilaksanakan secara turun temurun, sehingga sejak dini mereka memiliki dasar-dasar pengetahuan yang kuat tentang pelaksanaan agama Hindu serta adat-istiadat di organisasi kelembagaan agama Hindu (Banjar)Jakarta Timur.