|
Gambar Ilustrasi |
Pengertian Strategi Pembelajaran. Istilah strategi mula-mula dipakai dikalangan
militer dan diartikan sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan
terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dalam posisi perang yang
dipandang menguntungkan untuk memperoleh kemenangan.
Dewasa ini istilah strategi banyak
dipinjam oleh bidang-bidang ilmu lain termasuk bidang pendidikan. Pengertian
strategi menurut istilah berasal dari bahasa Yunani stratogos yang berarti
keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara dan taktik yang digunakan untuk
mencapai hasil yang maksimal.
Jadi secara umum strategi mempunyai
pengertian “sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan”
Manurut Nana Sudjana dalam bukunya
Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, menjelaskan bahwa strategi mengajar
merupakan tindakan guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti
tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi agar dapat mempengaruhi siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi adalah tindakan nyata dari guru
atau praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai
lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain strategi adalah politik atau taktik
yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Sedangkan pembelajaran adalah proses
belajar mengajar di kelas yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
dilingkungan sekolah. Karena belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu/ siswa dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Dari uraian di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian strategi pembelajaran adalah suatu teknik dan
metode mengajar seorang guru dalam proses pembelajaran agar siswa siswinya
mampu menyerap, mengaflikasikan dan mengamalkan ilmu dan materi pendidikan
agama Islam dari pendidik agar tercapai tujuan pendidikan.
Pengertian
Strategi Belajar Mengajar
A.
Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Di dalam sejarah dunia pendidikan guru
merupakan sosok figur teladan bagi siswa/i yang harus memiliki strategi dan
teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar sebagai sistem
intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen lainnya,
dan guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan efektif
secara optimal. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai
teknik-teknik penyajian, atau biasanya di sebut metode mengajar.
Teknik penyajian pelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau insturktur
kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan
digunakan siswa dengan baik. Di dalam kenyatan cara atau metode mengajar atau
teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau message
lisan kepada siswa, berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa
dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Maka, yang disebut
dengan strategi belajar mengajar ialah memikirkan dan mengupayakan konsistansi
aspek-aspek komponen pembentuk kegiatan sistem intruksional dengan siasat
tertentu. Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru – anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Dengan mempelajari Strategi Belajar
Mengajar berarti setiap guru mulai
memasuki suatu kegiatan yg bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi
yang terjadi antara guru dgn ank didik. Interaksi yg bernilai edukatif
dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan
sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn memanfaatkan
segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran.
Sehingga bahan pelajaran yg disampaikan
guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas.
B.
Jenis Strategi Belajar Mengajar
Berbagai jenis strategi Belajar Mengajar
dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai pertimbangan, antara lain:
1. Atas dasar pertimbangan proses
pengolahan pesan.
Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran
diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus
atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri.
Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep
konkret maupun konsep terdefinisi.
Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran
diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum,
generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan
konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
2. Atas dasar pertimbangan pihak
pengolah pesan.
Strategi Belajar Mengajar Ekspositorik, yaitu suatu strategi belajar
mengajar yang menyiasati agar semua aspek dari komponen pembentukkan sistem
intruksional mengarah pada penyampaian isi pelajaran kepada siswa secara
langsung. Dalam strategi ini tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta,
prinsi dan konsep yang dipelajari. Semuanya telah disajikan guru secara jelas
melalui aspek-aspek dari komponen yang langsung behubungan dengan para siswa
pada waktu proses pembelajaran berlangsung.
Strategi Belajar Mengajar Heuristik, yaitu suatu strategi belajar
mengajar yang mensiasati agar aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem
intruksional mengarah pada pengaktifan siswa untuk mencari dan menemukan
sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka butuhkan.
3. Atas Dasar Pertimbangan Pengaturan Guru
Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa.
•
Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu,
dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa.
Pengajaran Beregu dapat digunakan di
dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang
terpusat kepada suatu topik tertentu.
4. Atas Dasar Pertimbangan Jumlah Siswa
Strategi Klasikal
Strategi Kelompok Kecil
Strategi Individual.
5. Atas Dasar Pertimbangan Interaksi
Guru dengan Siswa
Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.
Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan
siswa, akan tetapi guru “mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan
media.
Berdasarkan Model Desain Pelaksanaan Evaluasi Belajar
Berdasarkan maksud atau fungsinya,
terdapat beberapa model desain pelaksanaan evaluasi belajar-mengajar. Di
antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, dan kombinasi dari
ketiganya.
Evaluasi sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan setelah
berakhirnya kegiatan belajar-mengajar, atau sering juga kita kenal dengan
istilah lain, yaitu post test. Pola evaluasi ini dilakukan kalau kita hanya
bermaksud mengetahui tahap perkembangan terakhir dari tingkat pengetahuan atau
penguasaan belajar (mastery learning) yang telah dicapai oleh siswa. Asumsi
yang mendasarinya ialah bahwa hasl belajar itu merupakan totalitas sejak awal
sampai akhir, sehingga hasil akhir itu dapat kita asumsikan dengan hasil. Hasil
penilaian ini merupakan indikator mengenai taraf keberhasilan proses
belajar-mengajar tersebut. Atas dasar itu, kita dapat menentukan apakah dapat
dilanjutkan kepada program baru atau harus diadakan pelajaran ulangan
seperlunya.
Evaluasi formatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama
masih berjalannya proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin kita baru
menyelesaikan bagian-bagian atau unit-unit tertentu dari keseluruhan program
atau bahan yang harus diselesaikan. Tujuannya ialah apabila kita menghendaki
umpan-balik yang secara (immediate feedback), kelemahan-kelemahan dari proses
belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum terlanjur dengan kegiatan lebih
lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik bagi siswa maupun bagi guru
sendiri. Bila dibiarkan kesalahan akan berlarut-larut. Dengan kata lain,
evaluasi formatif ini lebih bersifat diagnostik untuk keperluan penyembuhan
kesulitan-kesulitan atau kelemahan belajar-mengajar (remedial teaching and
learning), sedangkan reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya lebih berfungsi
informatif bagi keperluan pengambilan keputusan, seperti penentuan nilai
(grading), dan kelulusan.
Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
sebelum proses belajar-menagjar dilakukan atau sering kita kenal dengan sebutan
pre-test. Sasaran utama dari evaluasi reflektif ini ialah untuk mendapatkan
indikator atau informasi awal tentang kesiapan (readliness) siswa dan disposisi
(keadaan taraf penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku siswa sebagai dasar
penyusunan rencana kegiatan belajar-menagjar dan peramalan tingkat keberhasilan
yang mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses belajar-menagjar
nantinya. Jadi, evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif.
Penggunaan teknik pelaksanaan evaluasi
itu secara kombinasi dapat dan sering juga dilakukan terutama antara reflektif
dan sumatif atau model pre-post test design. Tujuan penggunaan model
dilaksanakan evaluasi ini ialah apabila kita ingin mengetahui taraf keefektivan
proses belajar-mengajar yang bersangkutan. Dengan cara demikian, kita akan
mungkin mendeteksi seberapa jauh konstribusi dari komponen-komponen yang
terlibat dalam proses belajar-mengajar tersebut. Sudah barang tentu model ini
pun lebih bersifat diagnostik, tetapi lebih komprehensi.
C. Macam-macam Teknik Penyajian Belajar
Mengajar
Ada beberapa macam bentuk teknik
penyajian belajar mengajar, yaitu:
1. Teknik Diskusi
Teknik diskusi adalah salah satu teknik
belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, yang dimana di
dalam teknik ini terjadi proses interaksi antara dua atau lebih individu yang
terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat
juga semuanya aktif tidak ada yagn pasif sebagai pendengar.
2. Teknik Kerja Kelompok
Teknik kerja kelompok adalalah suatu
cara mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagi suatu kelompok
atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka bekerja bersama dalam memecahkan
masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditentukan oleh guru.
3.
Teknik Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan merupakan proses dimana
seorang siswa melakukan proses mental yang harus mampu mengasimilasikan sesuatu
konsep atau prinsip, yang dimaksud proses mental ialah mengamati, mencerna,
mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan membuat kesimpulan dan lain
sebagainya. Sedangkan prinsip yang dimaksud dengan prinsip ialah siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberiakn instruksi.
4.
Teknik Penyajian Tanya-Jawab
Teknik penyajian tanya-jawab ialah suatu
cara untuk memberikan motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk
bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan guru agar dimengerti, bermanfaat
dan dapat diingat dengan baik.
Teknik Ceramah
Teknik ceramah ialah cara mengajar yang
paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, yaitu
dimana seorang guru menularkan pengetahuannya kepada siswa secara lisan atau
ceramah.
Ada banyak lagi macam- macam teknik
penyajian belajar mengajar diantaranya, Simulasi, Unit Teaching, Microteaching,
Sumbang Saran, Inqury, Eksperimen, Demonstrasi, Karya Wisata, Penyajian Secara
Kasus, Latihan, dan lain sebagainya. Dalam keterbatasan Rumusan Masalah dan
Bahan materi penulis hanya dapat menjelaskan lima dari beberapa yang menjadi
teknik-teknik penyajian belajar mengajar.
D. Hakikat Strategi Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu
kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan Belajar adalah kegiatan Primer
dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar, sedangkan Mengajar adalah kegiatan
Skunder, maksudnya untuk terciptanya kegiatan belajar siswa yang optimal.
1.
Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Belajar memiliki lima atribut pokok
ialah:
Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan
perasaan.
Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif,
psikomotorik, maupun afektif.
Belajar berkat mengalami, baik mengalami secara langsung maupun
mengalami secara tidak langsung (melalui media). Dengan kata lain belajar
terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan. (lingkungan fisik dan lingkungan
sosial).
Supaya belajar terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa
prinsip antara lain:
1. Motivasi,
yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupun
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan
langsung dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.
2. Perhatian
atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya dengan motivasi.
Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran bisa didasarkan terhadap
diri siswa itu sendiri dan atau terhadap situasi pembelajarannya.
3. Aktivitas.
Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila fikiran dan perasaan siswa tidak
terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak
belajar. Penggunaan metode dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa
lebih aktif belajar.
4. Umpan
balik di dalam belajar sangat penting, supaya siswa segera menge-tahui benar
tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan balik dari guru sebaiknya yang mampu
menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman siswa
akan pelajaran tersebut.
5. Perbedaan
individual adalah individu tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang lain.
Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat
mereka masing-masing. Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat
diperlukan.
6. Pembelajaran
merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur: tujuan,
bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru.
Semua unsur atau komponen tersebut
saling berkaitan, saling mempengaruhi; dan semuanya berfungsi dengan
berorientasi kepada tujuan.
2.
Variabel Strategi Belajar Mengajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan strategi belajar-mengajar ialah: tujuan, bahan pelajaran, alat dan
sumber, siswa, dan guru.
1. Gagne
mengklasifikasikan hasil-hasil belajar yang membawa implikasi terhadap
penggunaan strategi belajar-mengajar, sebagai berikut:
1
Keterampilan intelektual dengan tahapan-tahapannya:
1. Diskriminasi,
yaitu mengenal benda konkret.
2. Konsep
konkret, yaitu mengenal sifat-sifat benda/objek konkret.
3. Konsep
terdefinisi, yaitu kemampuan memahami konsep terdefinisi.
4. Aturan,
yaitu kemampuan menggunakan aturan, rumus, hukum/dalil, prinsip.
5. Masalah/aturan
tingkat tinggi, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai
aturan.
2.
Strategi kognitif, yaitu kemampuan memilih dan mengubah cara-cara
memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.
3.
Informasi verbal, yaitu kemampuan menyimpan nama/label, fakta,
pengetahuan di dalam ingatan.
4.
Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan fisik.
5.
Sikap, yaitu kemampuan menampilkan perilaku yang bermuatan nilai-nilai.
6.
Yang perlu dipertimbangkan dari faktor siswa di dalam menggunakan
strategi belajar-mengajar, antara lain:
1.
Siswa sebagai pribadi tersendiri memiliki perbedaan-perbedaan dari siswa
lain.
2.
Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran.
3.
Dari faktor alat dan sumber yang perlu dipertimbangkan ialah:
1.
Jumlah dan karakteristik alat pelajaran dan alat peraga.
2.
>Jumlah dan karakteristik sumber pelajaran (bahan cetakan dan
lingkungan sekitar).
3.
Dari faktor guru yang akan mempengaruhi penggunaan strategi
belajar-mengajar ialah kemampuan menguasai bahan pelajaran dan kemampuan
membelajarkan siswa.
3.
Kerangka Acuan Strategi Belajar Mengajar
1.
Pengaturan Guru dan Siswa
Segi pengaturan guru dapat dibedakan
pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru atau suatu tim, sanjutnya apakah
hubungan guru-siswa terjadi secara tatap muka (langsung), atau dengan
perantaraan media (tidak langsung). Sedangkan dari segi pengaturan siswa dapat
dibedakan pengajaran yang bersifat klasikal (kelompok besar), (kelompok kecil)
dan pengajaran perseorangan (individual).
2.
Struktur Peristiwa Belajar Mengajar
Struktur peristiwa belajar mengajar
dapat bersifat tertutup dalam artian segala sesuatu telah ditentukan secara
relatif ketat, seperti yang dilakukan oleh para calon guru yang berlatih
mengajar yang tidak berani menyimpang dari persiapan mengajar yang telah dibuat
dan disetujui oleh dosen pembimbing.
3.
Peranan Guru-Siswa dalam mengolah pesan
Peristiwa belajar mengajar bermaksud
untuk mencapai tujuan, ingin menyampaikan sesuatu pesan yang dapat berupa
pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau isi keterampilan lain. Pengajaran yang
menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap diolah dinamakan bersifat
ekspositorik, sedangkan yang mengharuskan pengolahan pesan oleh siswa dinamakan
Heuristik-hipotetik.
4.
Proses Pengolah Pesan
Proses pikir manusia di dalam menjalani
pengalaman belajar tidak selalu sama, ada peristiwa belajar mengajar di mana
proses ini bertolak dari yang umum untuk dilihat keberlakuan atau akibatnya
pada yang khusus ini disebut Umum ke Khusus(Deduktif). Sebaliknya bila
peristiwa belajar mengajar yang di mana prosesw pengolahan bertolak dari
contoh-contoh konkret kepada generalisasi atau prinsip umum ini disebut Khusus
ke Umum (Induktif). Dengan demikian strategi belajar mengajar heuristik proses
pengolahanya adalah induktif, sebaliknya ekspositorik bersifa deduktif.
4.
Pola-pola Belajar Siswa
a. Mengidentifikasi pola-pola belajar
siswa
Gagne (Lefrancois 1975:114-120)
mengkategorikan pola-pola belajar siswa ke dalam 8 tipe dimana yang satu
merupakan prasyarat bagi yang lainnya/yang lebih tinggi hierarkinya. Kedelapan
tipe belajar itu ialah:
Tipe I:Signal Learning (belajar signal atau
tanda, isyarat)
Tipe belajar ini menduduki tahapan
hierarki (yang paling dasar). Signal learningdapat didefinisikan sebagai proses
penguasaan pola dasar perilaku yang bersifat involunter (tidak disengaja dan
didasari tujuannya). Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar
ini ialah diberikan stimulus secara serempak perangsang-perangsang tertentu
dengan berulang-ulang.
Tipe II: Stimulus-Respons Learning
(belajar stimulus-respons, sambut rangsang)
Tipe belajar II ini termasuk ke dalam
operant or instrumental condition (Kible,1961) atau belajar dengan trial and
error (Thorndike). Kondisi yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya tipe
belajar ini ialah faktor reinforcement.
Tipe III:Chaining (mempertautkan) dan
tipe IV:Verbal Association (asosiasi verbal)
Kedua tipe belajar ini setaraf, ialah
belajar menghubungkan satuan ikatan S-R yang satu dengan yang lainnya.
Tipe IV berkenaan dengan aspek-aspek perilau psikomotorik dan tipe IV berkenaan dengan
aspek-aspek belajar verbal. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya proses
belajar ini antara lain secara internal terdapat pada diri siswa harus sudah
terkuasai sejumlah satuan-satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Di
samping itu, prinsip contiguity, repetition, danreinforcement masih tetap
memegang peranan penting bagi berlangsungnya proseschaining dan association
tersebut.
Tipe V:Discrimination Learning (belajar
mengadakan perbedaan)
Dalam tahap belajar ini, siswa
mengadakan diskriminasi (seleksi dan pengujian) di antara dua perangsang atau
sejumlah stimulus yang diterimanya kemudian memilih pola-pola sambutan yang
dipandangnya paling sesuai. Kondisi yang utama untuk dapat berlangsungnya
proses belajar ini ialah siswa telah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan
association serta memiliki kekayaan pengalaman (pola-pola satuan S-R)
Tipe VI:Concept Learning (belajar
konsep, pengertian)
Berdasarkan pesamaan cirri-ciri adari
sekumpulan stimulus dan juga objek-objeknya ia membentuk suatu pengertian atau
konsep-konsep. Kondisi utama yang diperlukan bagi proses berlangsungnya belajar
tipe ini ialah terkuasainya kemahiran diskriminasi dan proses kognitif
fundamental sebelumnya.
Tipe VII:Rule Learning (belajar membuat
generalisasi, hukum-hukum)
Pada tingkat ini siswa belajar
mengadakan kombinasi dari berbagai konsep (pengertian) dengan mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal sehingga siswa dapat membuat konklusi tertentu.
Tipe VIII:Problem Solving (belajar
memecahkan masalah)
Pada tingkat ini siswa belajar
merumuskan dan memecahkan masalah (memberikan respons terhadap rangsangan yang
menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik) dengan menggunakan
berbagai rule yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey (Loree,1970:438-439)
dalam bukunya How We Think, proses belajar pemecahan masalah itu berlangsung sebagai
berikut:
ü
Become aware of the problem (menyadari adanya masalah)
ü
Clarifying and defining the problem (menegaskan dan merumuskan
masalahnya)
ü
Searching for facts and formulating hypotheses (mencari fakta pendukung
dan merumuskan hipotesis)
ü
Evaluating proposed solution
(mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan)
ü
Experimental verification (mengadakan pengujian atau verifikasi secara
eksperimental, uji coba)
b. Memilih system belajar mengajar
(pengajaran)
Dewasa ini, para ahli teori belajar
telah mencoba mengambarkan cara pendekatan atau system pengajaran atau proses
belajar-mengajar. Diantara berbagai system pengajaran yang banyak menarik
perhatian orang akhir-akhir ini ialah:
Enquiry-Discovery Learning (belajar
mencari dan menemukan sendiri)
Dalam system belajar-mengajar ini, guru
menyajikan bahan pelajaran yang tidak dalam bentuknya yang final. Siswalah yang
diberikan kesempatan untuk mencari dan menemukannnya sendiri dengan menggunakan
teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya yaitu
stimulasi-perumusan masalah-pengumpulan data-analisis
data-verifikasi-generalisasi.
System belajar-mengajar ini dikembangkan
oleh Bruner (Lefrancois, 1975:121-126). Pendekatan belajar ini sangat cocok
untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya, antara lain
memakan waktu yang banyak dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat
menjurus kepada kekaburan atau materi yang dipelajarinya.
Expository Learning
Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan
dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap
sehingg asiswa tingal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib.
Secara garis besar prosedurnya ialah periapan-petautan-penyajian-evaluasi.
Ausubel berpendapat bahwa pada tingkat-tingkat belajar yang lebih tinggi, siswa
tidak selau harus mengalami sendiri. Siswa akan mampu dan lebih efisien
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Yang
penting siswa dikembangkan penguasaannya atas kerangka konsep-konsep dasar atau
pla-pola pengertian dasar tentang sesuatu hal sehingga dapat mengorganisasikan
data, informasi, dan pengalaman yang bertalian dengan hal tersebut.
Mastery learning (belajar tuntas)
Proses belajar yang berorientasi pada
prinsip mastery learning ini harus dimulai dengan penguasaan bagian terkecil
untuk kemudian baru dapat melanjutkan ke dalam satuan (modul) atau unit
berikutnya. Atas dasar itu maka dewasa ini telah dikembangkan system pengajaran
berprogram dan juga system pengajaran modul, bahkan Computer Assisted
Instruction (CAI). Dengan tercapainya tingkat penguasaan hasil pelajaran yang
tinggi, maka akan menunjukkan sikap mental yang sehat pada siswa yang
bersangkutan.
Humanistic Education
Teori belajar ini menitikberatkan pada
upaya membantu siswa agar ia sanggup mencapai perwujudan diri (self
realization) sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya.
Karakteristik utama metode ini, antara lain bahwa guru hendaknya tidak membuat
jarak yang tidak terlalu tajam dengan siswa. Sasaran akhir dari proses belajar
mengajar menurut paham ini ialah self actualization yang seoptimal mungkin dari
setiap siswa.
E.
Implikasi Strategi Belajar Mengajar dalam Dunia Pendidikan
a)
Bagaimana seorang guru dalam menerapkan strategi belajar mengajar itu?
Sebagai calon guru, penulis mencoba
untuk mendiskripsikan bagaimana cara menerapkan strategi belajar mengajar yang
baik untuk masa yang akan datang agar dunia pendidikan kita memiliki potensi
sumber daya manusia yang ahli dan mampu bersaing dengan dunia luar dan
mengangkat harkat dan martabat bangsa, agar dunia luar tidak hanya bisa
mengatakan bahwa negara kita hanya kaya akan sumber daya alam saja. Sebab
menurut pendapat kami bahwa kemajuan sebuah negara itu adalah berdasarkan
tingkat pendidikan yang dimilikinya, dan pendidikan setiap wilayah wawasan
nusantara haruslah diperhatikan bagaimana sistem dan strategi pendidikan di
daerah tersebut agar sejalan dan sesuai dengan daerah perkotaan yang telah
maju. Dalam hal ini peran guru untuk menjalankan tugas panggilannya sangat
diperlukan.
Guru harus memiliki peran-peran yang bisa membimbing dan mendukung
pola pikir anak didik agar mampu menjadi anak didik yang diharapkan seperti,
Guru yang konstruktif harus selalu inovatif untuk mengadopsi metode-metode baru
untuk memotivasi belajar anak-anak didiknya. Ia harus menempatkan anak-anak
didiknya sebagai pusat pembelajaran, artinya sejauhmana materi disampaikan
bukan tergantung guru dan kurikulumnya tetapi tergantung kepada murid-muridnya.
Seorang guru hanya sebagai fasilitator,
motivator dan inspirator dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas,
sehingga semua kualitas dari dalam diri anak-anak didiknya, akan terbuka. Semua
kreativitas terletak di dalam diri anak-anak didik, karena anak-anak didik kita
memiliki jiwa di mana terletak sumber dari segala potensi-potensinya.
Karena
ketidaktahuannyalah maka kita sebagai seorang calon /guru adalah pemandu
spiritual untuk membantu memberikan pengetahuan kepada jiwa anak-anak didik
kita. Keterlibatan jiwa seorang murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar,
akan memberikan motivasi kuat kepada mereka. Anak-anak didik kita akan merasa
dirinya berharga untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Guru sebagai Contoh Teladan, Seorang
guru dapat memotivasi anak-anak didiknya untuk lebih banyak membaca buku, jika
anak-anak didiknya menemukan Gurunya banyak membaca buku. Tetapi, bagaimana
mungkin seorang Guru yang jarang sekali membaca mampu memotivasi anak-anak
didiknya untuk lebih banyak membaca buku? Buku adalah sumber energi dan
motivasi. Seorang guru harus menjadi pembaca intensif buku-buku perpustakaan,
majalah dan mengumpulkan pengetahuan untuk mengilhami anak-anak dengan
menceritakan hal-hal baru.
Guru dapat membuat perpustakaan kecil
sendiri di dalam kelasnya, dan menjadikan dirinya sebagai inspirator bagi
murid-muridnya. Karena, menurut Sokrates kelas adalah tanah pertempuran antara
guru dengan muridnya, dan senjatanya adalah pertanyaan. Kita sebagai guru
adalah motivasi bagi anak-anak didik kita, melalui kebiasaan kita membaca buku,
budaya fisik dan mental ini bisa memberi contoh kepada anak-anak didik kita.
Karena murid-murid selalu mengikuti perilaku guru mereka. Jadi seorang guru
dapat melakukan banyak hal melalui kekuatan motivasi. Seorang guru harus
menyadari bahwa kekuatan motivasi dan menggunakannya dengan baik dimanapun.
Ada Senyum di Dalam Kelas, Senyum
memainkan peran yang sangat penting, tidak hanya dalam batas-batas sekolah,
tetapi juga bahkan di dalam masyarakat pada umumnya. Senyum adalah ekspresi
cinta. Senyum adalah kekuatan dan kekuasaan seseorang. Sekolah juga harus
menjadikan senyum sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar. Seorang guru
menyentuh hati anak-anak didiknya melalui daya tarik ‘senyum’. Senyum
menciptakan percaya diri anak-anak didik kita. Perkembangan kemajuan anak-anak
didik terhadap mata pelajarannya, terjadi ketika mereka mulai menyukai dan
mencintai gurunya. Bagaimana murid mau mencitai pelajarannya jika ia tidak
mencintai gurunya.
Senyuman seorang guru, menciptakan getaran yang kuat pada
diri anak-anak didiknya. Anak-anak didik kita tidak merasa takut untuk
mengungkapkan persoalan apa yang terjadi dalam dirinya. Mereka tidak
segan-segan lagi mengajukan pertanyaan, dan kebebasan berpikir di dalam kelas
secara otomatis terjadi, ketika senyum hadir di dalam kelas. Kita sebagai
calon/guru, dituntut untuk menjadi seorang teman untuk anak-anak didik kita.
Persahabatan dapat membantu kita untuk lebih memahami seorang anak. Seorang
anak didik akan mengungkapkan kesulitan/masalah hanya kepada guru yang sudah
menjadi temanya. Tetapi, jika kita sebagai guru hanya memerankan seseorang
pemberi tugas atau bahkan pemimpin sirkus untuk anak-anak didik kita, kita akan
merusak kegitan belajar mengajar mereka.
Anak-anak didik kita mulai membenci
kita dan menyembunyikan segala sesuatu yang ada pada dirinya kepada kita.
Anak-anak didik kita akan mengembangkan rasa takut kepada kita. Itu sebabnya,
banyak orang tua dan guru berada dalam masalah besar, ketika semua persoalan
pribadi anak-anak kita tidak mengemuka. Anak-anak didik kita kehilangan
kebebasan untuk berterus-terang menceritakan masalahnya. Sebenarnya ini bukan
kesalahan anak-anak didik kita, tapi kesalahan kita sebagai orang tua dan guru
di sekolah, yang tidak memiliki seni ‘bagaimana untuk menjadi teman dari
anak-anak didik kita.’ Karena strategi jitu dalam proses belajar mengajar di
dalam kelas maupun di luar kelas
menentukan terciptanya keoptimalan hasil belajar mangajar. Itu yang menjadi
pendapat kami mengenai cara seoarang guru menerapkan strategi belajar mengajar
di masa depan.
b)
Apakah strategi belajar mengajar seperti ini telah dapat diterapkan
sepenuhnya dalam dunia pendidikan saat ini?
Seperti yang telah kita ketahui bahwa
dunia pendidikan bangsa kita saat ini telah mengalami perubahan kearah yang
lebih baik dari era-era pemerintahan yang sebelumnya. Telihat nyata dari sistem
kurikulum yang terus mengalami perubahan menuju kearah sistem pendidikan yang
lebih baik. Walaupun, di daerah-daerah perdesaan tertentu masih ada yang kurang
merata fasilitas dan kondisi pendidikannya seperti di daerah perkotaan umumnya.
Namun, pemerintah telah memberikan perhatian untuk hal itu agar sistem
pendidikan di negara kita berjalan dengan kondusif. Hal yang nyata salah
satunya adalah pembangunan fasilitas sekolah diberbagai tempat yang bangunnya
mulai ambruk atau telah lama dan perlu diperbaiki, Sistem kukrikulum, dan cara
belajar mengajar guru di dalam kelas yang harus profesional. Menurut pendapat
kami sebagai tim penulis hali in merupakan bukti nyata dari strategi belajar
mengajar yang telah sepenuhnya dalam dunia pendidikan.
Dalam proses pembelajaran dikenal
beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang
merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)
pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran;
(4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran.
Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat
memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah
ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan
Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari
setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi
dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target)
yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2. Mempertimbangkan
dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk
mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan
dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal
sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan
dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk
mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks
pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1. Menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku
dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan
dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3. Mempertimbangkan
dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan
norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku
keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran
dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih
konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode
pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of
operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving
something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran
dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik
pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan
gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung
banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang
tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi
lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat
menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau
kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe
kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi,
metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. model
pembelajaran.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran,
Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model
interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis
dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai
berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam
proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi
pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran,
sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan
suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi
pembelajaran tertentu.
Jika dianalogikan dengan pembuatan
rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah
yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya),
masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan
desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya,
maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap
akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat
memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran
yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini
banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang
untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan)
sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya.
Namun, jika para guru (calon guru) telah
dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses
(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka
pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja
masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran
versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model
pembelajaran yang telah ada.
Strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir. Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
(SPPKB ) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan
berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan
untuk memecahkan masalah yang diajukan. Terdapat beberapa hal yang terkandung
dalam pengertian di atas :
Pertama, Strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu pada
pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah bukan sekedar siswa
dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat
mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara
verbal.
Kedua, telaah fakta-fakta sosial atau
pengalaman social merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya
pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam
kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk
memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak. Hakikat Kemampuan Berpikir dalam
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan
berpikir atau SPPKB, merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses
perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. SPPKB bukan hanya sekedar
model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami
berbagai data, fakta atau konsep, akan tetapi bagaimana bagaimana data, data,
fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan
berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
Karakteristik Strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir Sebagai strategi pembelajaran yang
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga
karakteristik :
Proses pembelajaran melalui SPPKB
menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal.SPPKB bukan model
pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi
menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir;
1. SPPKB
dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus.
Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya
kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang
mereka konstruksi sendiri
2. SPPKB
adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi proses dan hasil
belajar.Proses belajar dirahlan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi
pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru
Tahapan-tahapan Strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir
1. Tahap
orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa
pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran
Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama penjelasan tujuan yang harus
dicapai, baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran,
maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan
berpikir yang harus dimiliki oleh siswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran
yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
2. Tahap
Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan
penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan
tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru
mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang
telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan
berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus
mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
3. Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan
penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan
pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan
ini, guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan
jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema atau
topic itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau
pengalaman siswa.Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa
benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan
4. Tahap inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting
dalam Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pada tahap inilah
siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri siswa diajak
untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.Oleh sebab itu guru harus memberikan
ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya
penecahan persoalan.
5. Tahap
Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan
pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa
dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema
pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog guru membimbing agar siswa dapat
menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang
dipermasalahkan
6. Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian
masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan.Tahap transfer
dimaksudkan agar agar siswa mampu menstransfer kemampuan berpikir setiap
siswa,untuk memecahkan masalah-masalahbaru.Pada tahap ini guru memberikan
tugas-tugas yang sesuai dengan topic pembahasan
Definisi / pengertian Strategi Pembelajaran
Afektif. Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya
bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan
untuk mencapai dimensi yang lainnya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif
berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran
seseorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian
behavioral yang di akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Sikap (afektif) erat kaitannya dengan
nilai yang dimiliki oleh seseorang, sikap merupakan refleksi dari nilai yang
dimiliki, oleh karenanya pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan
nilai. Nilai, adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifat
– sifatnya tersembunyi, tidak berada dalam dunia yang empiris.
Nilai
berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, layak dan tidak,
pandangan seseorang tentang semua itu, tidak bisa dirubah. Kita mungkin hanya
dapat mengetahui dari prilaku yang bersangkutan oleh karena itu, nilai pada
dasarnya adalah standar perilaku sesorang. Dengan demikian, pendidikan nilai
pada dasarnya proses penanaman perilaku kepada peserta didik yang diharapkan
kepada siswa dapat berperilaku sesuai dengan pendangan yang di anggap baik dan
tidak bertentangan dengan norma – norma yang berlaku.
Menurut Dougla Graham (Golu 2003) ada 4
faktor yang merupakan dasar kepatuhan seseorang terhadap nilai–nilai tertentu :
1. Normativist
: Kepatuhan yang terdapat pada norma – norma hokum
2. Integralist
: Kepatuhan yang di dasarkan pada kesadaran dan pertimbangan – pertimbangan
yang rasional.
3. Fenomalist
: Kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekedar basa – basi.
4. Hedonist
: Kepatuhan berdasarkan diri sendiri.
Nilai bagi seseorang tidaklah statis
akan tetapi selalu berubah, setiap orang akan selalu menganggap sesuatu itu
baik sesuai dengan pandangannya pada saat itu. Oleh sebab itu, system nilai
yang dimiliki seseorang bisa di bina dan diarakhan. Komitmen seseorang terhadap
suatu nilai tertentu terjadi melalu pembentukan sikap, yakni kecendrungan
seseorang terhadap suatu objek, misalnya jika seseorang berhadapan dengan
sesuatu objek, dia akan menunjukkan gejala senang atau tidak senang, suka atau
tidak suka
Golu (2005) menyimpulkan tentang nilai
tersebut :
• Nilai
tidak bisa di ajarkan tetapi di ketahui dari penampilannya.
• Pengembangan
dominan efektif pada nilai tidak bisa di pisahkan dari aspek kognitif dan
psikomotorik
• Masalah
nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat berubah, berkembang,
sehingga bisa di bina
• Perkembangan
nilai atau moral tidak akan terjadi sekaligus, tetapi melalui tahap tertentu
Sikap adalah kecendrungan seseorang
untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang di anggap baik
atau tidak baik. Dengan demikian, belajar sikap berarti memperoleh kecendrungan
untuk menerima atau menolak suatu objek penilaian terhadap objek itu sebagai
hal yang berguna atau berharga (sikap positif) dan tidak berguna atau berharga (sikap
negatif)
Demikian ulasan tentang strategi
pembelajaran afektif yang saya rangkum dan ambil dari beberapa sumber,
mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi rekan, untuk lebih mengenal tentang strategi
pembelajaran afektif silahkan lihat artikel lain tentang pengertian strategi
pembelajaran.
Definisi
/ pengertian metode pembelajaran menurut beberapa ahli
Definisi / pengertian metode
pembelajaran menurut beberapa ahli. Pendidikan memegang peran penting dalam
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkaualitas. Oleh karena itu,
pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal
tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada
waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang, ditentukan
oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru (profesionalisme
guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang
memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga
menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
Metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode
pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”.
Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah
cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi
proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Berdasarkan definisi / pengertian metode
pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang
guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan. Benny
A. Pribadi (2009: 11) menyatakan, “tujuan proses pembelajaran adalah agar siswa
dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan proses
pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistemik”. Banyak metode
yang digunakan seorang guru dalam pembelajaran passing bawah bolavoli, antara
lain dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif dan konvensional.
Definisi / pengertian strategi
pembelajaran. Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn
sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Sanjaya, (2007 : 126). Dalam
dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sedangkan Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat tersebut,
Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah
suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama
untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2007 : 126).
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metide dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja
belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu,
artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang
jelas yang dapat diukur keberhasilannya.
Beberapa macam strategi pembelajaran
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada
beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru :
1. Strategi
pembelajaran ekspositori
2. Strategi
pembelajaran inquiry
3. Strategi
pembelajaran berbasis masalah
4. Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses
menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus
menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Model strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan
Dari pengertian di atas terdapat
beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model
pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat
menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat
mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara
verbal
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau
pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya
pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam
kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan
hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh
dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah
sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak
5.
Strategi pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Ada empat
unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu:
(a) adanya peserta
dalam kelompok,
(b) adanya aturan kelompok,
(c) adanya upaya belajar setiap kelompok,
dan
(d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar.
Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan
6.
Strategi pembelajaran kontekstual CTL
7.
Strategi pembelajaran afektif
Strategi pembelajaran afektif memang
berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif
berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut
kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu
memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya
untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan
ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk
dilakukan.
Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses
pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa
sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan
santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan
lingkungan keluarga. Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan
siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis.
Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan
nilai yang dianggapnya baik.
Pengertian
Menurut Nur Hadi CTL adalah konsep
belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan
dan situasi dunia nyata siswa
Menurut Jonhson CTL adalah sebuah proses
pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna
didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek
akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka
Jadi pengertian CTL dari pendapat para
tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang
membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan
1. Model
pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu
ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan
kepermasalahan lainya
2. Model
pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal
tetapi perlu dengan adanya pemahaman.
3. Model
pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
4. Model
pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan
terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
5. Model
pembelajaran CTL ini bertujun agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
6. Tujuan
pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara indinidu dapat menemukan
dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi
itu miliknya sendiri.
Strategi
Pembelajaran CTL
Beberapa strategi pembelajaran yang
perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara lain:
a. Pembelajaran berbasis masalah
Dengan memunculkan problem yang dihadapi
bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan.
b. Menggunakan konteks yang beragam
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam
konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
c. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa
Guru mengayomi individu dan menyakini
bahwa perbedaan individual dan social seyogianya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk
belajar saling menghormati dan toleransi
untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
d. Memberdayakan siswa untuk belajar
sendiri
Pendidikan formal merupakan kawah
candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri
dikemudian hari.
e. Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa
yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan
sebagai fasilitator dalam kelompoknya
f. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa
belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan
pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya
g. Mengejar standar tinggi
Setiap seyogianya menentukan kompetensi
kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan
dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study
banding keberbagai sekolah dan luar negeri
Berdasarkan Center for Occupational
Research and Development (CORD) Penerapan strategi pembelajaran konstektual
digambarkan sebagai berikut :
a. Relatinng
Belajar dikatakan dengan konteks dengan
pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang
dipelajarinya bermakna
b. Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami
“peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya
melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan dan
menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya
c. Applying
Belajar menekankan pada proses
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan
pemanfaatanya.
d. Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan
kooperatif melalui kegiatan kelompok, komunikasi interpersonal atau hubunngan
intersubjektif.
e. Trasfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya
kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru
APA PERBEDAANNYA : MODEL, METODE,
STRATEGI, PENDEKATAN DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan
ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2)
group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari
cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Jadi, metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran
dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik
pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Sementara taktik pembelajaran
merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran
tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik
yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi
dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara
yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu model pembelajaran. pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
H. Agus Maimun. Dosen UIN Malang
menulis Teori pembelajaran adalah fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur pembelajaran yang telah diuji kebenarannya
melalui pendekatan ilmiah (behavioristik, kognitivistik, konstruktivistik,
perilaku sosial/social behavior).
Disain pembelajaran adalah upaya untuk
merencanakan dan menyusun, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil
pembelajaran secara sistematis. Pendekatan pembelajaran adalah
muatan-muatan etis-paedagogis yang menyertai
kegiatan proses pembelajaran yang berisi religius/spiritual,
Rasional/intelektual, Emosional, Fungsional, Keteladanan, Pembiasaan, dan
Pengalaman.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara
tertentu yang digunakan secara sistematis & prosedural dalam kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Contoh : contextual teaching-learning, Quantum
teaching-learning, Active learning, Mastery learning, Discovery-inquiry
learning, cooperative Learning dan PAIKEM.
Metode pembelajaran adalah cara-cara
yang berbeda untuk mencapai hasil belajar yang berbeda dalam kondisi yang
berbeda berdasarkan kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan ( Ceramah,
tanya jawab, diskusi, dll ).
Model pembelajaran kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (dick & carey, weils, benety,
dll)
Kesimpulan.
Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model pembelajaran, pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik dan metode pembelajaran. Walaupun
perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua istilah merupakan satu kesatuan
yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses pembelajaran. Jadi model
pembelajaran adalah pembungkus proses pembelajaran yang
didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik. Contoh : model yang digunakan guru PAIKEM,
Pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan pemerintah adalah pendekatan
pembelajaran yang terfokus pada siswa, dimana strategi pembelajaran siswa aktif, bisa mengungkapan
gagasan, penemuan-penemuan
Jika strategi pembelajaran lebih
berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan
desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang
berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo,
rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan
kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak
biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan
dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai
dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang
akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat
memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran
yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini
banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang
untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan)
sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru
(calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang
merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana
dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif
mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai
dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya
akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang
tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
Jenis
– Jenis Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan bentuk
dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian
sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada
beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru antara
lain:
A.
Strategi pembelajaran ekspositori
I.
Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori adalah
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal Strategi pembelajaran ekspositori
merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru,
dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat
penting atau dominan.
Dengan menggunakan strategi ekspositori
terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan strategi ini,
yaitu:
1.
Keunggulan / Kelebihan Strategi Ekspositori
Dengan strategi pembelajaran ekspositori
guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian
ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan :
1. Strategi
pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
2. Melalui
strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
3. Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam strategi ekspositori ini dilakukan melalui metode ceramah, namun
tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena itu
sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk dipaham,
karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol efektivitas
penggunaan strategi pembelajaran.
3. Kelemahan
Strategi Ekspositori
Disamping memiliki keunggulan, strategi
ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
1. Strategi
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
2. Strategi
ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar
3. Karena
strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis.
4. Keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan
kemampuan.
5. Keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan
kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak
mungkin berhasil.
6. Oleh
karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu
arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di
samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki
siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru
Dari uraian di atas dapat diketahui
bahwa secara umum tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik
dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain, baik tidaknya suatu
strategi pembelajaran isa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
Pembelajaran Ekspositori
B.
Strategi pembelajaran inquiry
I.
Pengertian Strategi Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran inquiry adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan
strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang
berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student
centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang
peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dari strategi
pembelajaran inquiry, yaitu:
1. Keunggulan
/ Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)
Metode pembelajaran inkuiri merupakan
strategi belajar yang banyak dianjurkan karena strategi ini memiliki beberapa
keunggulan diantaranya:
1. Strategi
pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Strategi
pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan
belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
(Inquiry)
Disamping memiliki keunggulan, strategi
pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di antaranya yaitu:
1. Disamping
memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di
antaranya yaitu:
2. Jika
strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit
terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
3. Strategi
ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan
siswa dalam belajar.
4. Strategi
ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan
siswa dalam beljar.
5. Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
6. Selama
kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran inquiry ini menekankan kepada proses mencari dan
menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam
strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.
C.
Strategi pembelajaran berbasis masalah
I. Pengertian Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi
pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama;
Pertama, strategi pembelajaran berbasis
masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran
ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian
menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis
masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data akhirnya
menyimpulkannya
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan
untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan
dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan
menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses
berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris
artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas
Dari penjelasan di atas dengan
menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa
keunggulan dan kelemahan di dalam proses pembelajaran, yaitu:
1.
Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran,
strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, di
antaranya:
1. masalah
merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran
2. Pemecahan
masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan
masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan
masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan
masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Melalui
pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
7. Pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan
masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan
masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran
adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa
pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau
lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini
adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari
berbagai fenomena yang ada.
2. Kelemahan.
Di samping memiliki keunggulan, strategi
pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
1. Di
samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga
memiliki beberapa kelemahan diantaranya.
2. Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
3. Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
4. Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari
D.
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses
menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus
menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. Model strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada
pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan
Dari pengertian di atas terdapat
beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model
pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat
menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat
mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara
verbal
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau
pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya
pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam
kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan
hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh
dalam kehidupan sehari-hari
Ketiga, sasaran akhir strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk
memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
E.
Strategi Pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kelompok adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat
unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta
dalam kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap
kelompok, dan (d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar.
Strategi pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil,
yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh
penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan Strategi pembelajaran kontekstual /
Contextual Teaching Learning
1. Pengertian Contextual Teaching
Learning (CTL)
Contoxtual Teaching Learning (CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pengetahuan dan
keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya
(questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement)
3. Landasan
Filosofi
Landasan filosofi Contoxtual Teaching
Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi
fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang
dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang
digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang menekankan pada pengembangan
siswa
Menurut Zahorik, ada lima elemen yang
harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual
• Pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating learning).
• Pemerolehan
pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari
secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
• Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada
orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3)
konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
• Mempraktekkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge).
• Melakukan
refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut.
4. Inquiry
( menemukan ).
Inquiry adalah suatu teknik yang
digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta
meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari.
Menemukan merupakan bagian inti dari
kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual Teaching Learning CTL. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus
selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan
Siklus Inqiry antara lain :
• Observasi.
• Bertanya
• Mengajukan
dugaan
• Pengumpulan
data
• Penyimpulan
Langkah-langkah kegiatan menemukan
(Inquiry), yaitu:
a) Merumuskan masalah
Contoh : bagaimanakah silsilah raja-raja
bani Abbasiah
b) Mengamati atau melakukan observasi.
Contoh : membaca buku atau sumber lain
untuk mendapat informasi pendukung
c) Menganalisis dan menyajikan hasil
dalam tulisan, gambar, bagan., table, dan lainnya
Contoh : siswa membuat bagan silsilah
raja-raja bani Abbasiah.
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan
hasil karya pada teman sekelas, guru atau audien yang lain.
Contoh : karya siswa didiskusikan
bersama-sama
Pendekatan Kontekstual Contextual
Teaching Learning (CTL)
G. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang
berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif
berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut
kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu
memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya
untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang
terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai
perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di
sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya
dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai
akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu
terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan keluarga.
Strategi pembelajaran afektif pada
umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi
yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil
keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik
Pengertian
Strategi Pembelajaran Menurut Para Ahli
Strategi pembelajaran merupakan suatu
serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran.
Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi
pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik
pembelajaran secara spesifik. Adapun beberapa pengertian tentang strategi
pembelajaran menurut para ahli adalah sebagai berikut:
• Hamzah
B. Uno (2008:45)
Strategi pembelajaran merupakan hal yang
perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran
• Dick
dan Carey (2005:7)
Strategi pembelajaran adalah
komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum
pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur
pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.
• Suparman
(1997:157)
Strategi pembelajaran merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta
didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
• Hilda
Taba
Strategi pembelajaran adalah pola atau
urutan tongkah laku guru untuk menampung semua variabel-variabel pembelajaran
secara sadar dan sistematis.
• Gerlach
dan Ely (1990)
Strategi pembelajaran merupakan
cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan
pembelajaran tertentu.
•
Kemp (1995)
Stategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien
Strategi
Pembelajaran
Pengertian Strategi Pembelajaran. Istilah strategi mula-mula dipakai dikalangan
militer dan diartikan sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan
terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dalam posisi perang yang
dipandang menguntungkan untuk memperoleh kemenangan.
Dewasa ini istilah strategi banyak
dipinjam oleh bidang-bidang ilmu lain termasuk bidang pendidikan. Pengertian
strategi menurut istilah berasal dari bahasa Yunani stratogos yang berarti
keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara dan taktik yang digunakan untuk
mencapai hasil yang maksimal.
Jadi secara umum strategi mempunyai
pengertian “sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan”
Manurut Nana Sudjana dalam bukunya
Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, menjelaskan bahwa strategi mengajar
merupakan tindakan guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti
tujuan, bahan, metode, dan alat serta evaluasi agar dapat mempengaruhi siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi adalah tindakan nyata dari guru
atau praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai
lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain strategi adalah politik atau taktik
yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Sedangkan pembelajaran adalah proses
belajar mengajar di kelas yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik
dilingkungan sekolah. Karena belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu/ siswa dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Dari uraian di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian strategi pembelajaran adalah suatu teknik dan
metode mengajar seorang guru dalam proses pembelajaran agar siswa siswinya
mampu menyerap, mengaflikasikan dan mengamalkan ilmu dan materi pendidikan
agama Islam dari pendidik agar tercapai tujuan pendidikan.